Rabu, 29 Januari 2020

Bermain Sex Dengan Pacar Adik Saya

Bermain Sex Dengan Pacar Adik Saya

Cerita Sex -namaku Irma tetapi awam dipanggil I’in oleh orang di rumah, Saya sulung dari 4 bersaudara yang semuanya perempuan. Dikala ini usiaku 34 tahun dan adik bungsuku Tita 21 tahun. Saya amat menjaga format tubuhku, dengan tinggi badan 167 cm dan berat badan 59 kg, tak ada yang mengira jika saya telah mempunyai 2 orang si kecil yakni Echa 6 dan Dita 3 tahun. Seandainya kata suamiku, sahabat-sahabatnya acap kali memuji tubuhku, terlebih pada komponen pinggul dan tetekku yang berukuran 34B sampai tampak amat seksi apabila sedang mengenakan pakaian yang pressed body.
Percumbuanku dengan Hasan terus berlanjut tanpa pernah ada halangan yang benar-benar mengganggu,  seperti apabila suamiku datang dari kota daerah ia berprofesi, atau “tetamu” wanita yang datang rutin setiap bulannya. Tiap kali bercinta dengannya saya senantiasa menerima kenikmatan orgasme yang tidak terhingga, mulai dari gaya yang baru hingga daerah-daerah yang selama ini tidak pernah kukira akan bisa mengerjakan kekerabatan sex di sana sampai itu membuatku kian merasa terikat dan susah untuk bisa lepas darinya.

Cerita Sex Terbaru-Terbukti Hasan mempunyai kejutan yang ia persiapkan demikian itu mendengar jika saya juga akan turut bermalam di sana. Malam itu sekitar jam 20:10, kami baru saja selesai makan malam. Sesudah menyikat gigi, saya menidurkan kedua anakku di kamar yang dahulu kutempati. Sesudah 10 menit saya yakin jika kedua anakku sudah tertidur pulas, saya mematikan lampu dan keluar perlahan-perlahan dari kamar itu. Dikala hingga di depan Televisi saya mencari Tita, tetapi ia tak ada di sana sementara Hasan sedang asyik di sofa sambil tidur-tiduran di sana. Lalu saya mencarinya di dapur, kuketuk pintu Toilet, di sana tak ada juga. Kesudahannya saya kembali ke ruang tengah.

“Geser dikit San. . Kau lihat Tita nggak. . ?” tanyaku padanya.
Telah tidur Kak. .” jawab Hasan sambil duduk.

“Tumben telah pulas jam segini. . Lazimnya juga jam 10? komentarku.

Hasan tersenyum mendengar perkataanku, lalu ia merapatkan posisi duduknya ke tubuhku. Sementara matanya menatap tajam ke arahku dari atas hingga ke bawah. Walau tahu sedang dipelototi saya pura-pura cuek sambil menonton Televisi.

Bawahanku hingga celana ketat selutut yang juga warna putih. Celana ketat itu memamerkan aku garis tubuhku pada komponen bawah. Lekukan pinggul dan pantatku yang sekal tercetak secara adalah di celana yang kukenakan dikala itu. Sebetulnya saya dikala hakekatnya itu untuk menyenangkan Hasan, tetapi saya tidak melainkan mengatakannya aku saya sengaja berkeinginan membuatnya menjadi panas dingin. Kecuali itu saya tidak ada selain untuk aku dengannya aku rencana yang kurang bercumbu, apa melainkan dikata selain tinggal selain.

“Kakak seksi banget malam ini. . Saya jadi rencana nih” bisik Hasan di telingaku sebelah kiri.

“Jangan San. . ini di rumah ayah. .” saya menolak sambil aku dadanya dengan kedua tanganku.

“Nggak apa Kak. . Toh mereka juga nggak bakal tahu. .” kata Hasan sambil meremas tetekku.

“Mmmh. . Tetapi. . Ada. . Tita di kamar. . Kalo ia. . Akkh. . Bangun. . Gimana. . ?” ujarku sambil mencoba menyokong kedua tangannya yang mencoba menelusup ke dalam T-shirt yang saya kenakan.

“Hening aja Kak. . Saya udah masukin obat tidur ke dalam teh yang ia minum tadi. . Kalo kakak nggak melainkan. . Saya tidur sama Tita aja dah. .”

Mendengar perkataannya itu, saya mau bukan kepalang. Kecuali aku obat tidur, saya takut jika Hasan akan benar-benar meniduri Tita malam ini. Selang persoalan waktu saya seandainya dalam pikiranku,  dan dikala saya sadar terbukti tubuhku komponen atas tinggal tertutup oleh BH yang kaitannya sudah

terlepas.

“Oke San. . Kakak melainkan. . Tetapi jangan disini. .” pintaku pada Hasan.

“Terserah kakak aja. .” kata Hasan sambil menghentikan kegiatannya.

“Separuh jam lagi walhasil masuk ke kamar. . Kakak melainkan siap-siap dahulu. .”

Hasan mengangguk, lalu mengangkat tubuhnya yang sedang menindihku yang telah sudah telanjang.

Masuk ke kamar orang tuaku, pintu dulu kututup dan kulepaskan hakekatnya kain yang separo di tubuhku kemudian dengan sudah berlari saya masuk ke merekat yang terdapat di kamar separo. Kuambil sabun sirih khusus untuk membersihkan alat vital wanita lalu kubersihkan kelaminku dengan sabun itu.

Sekitar sepuluh menit kemudian saya keluar dan dulu duduk di meja rias ibuku. Kuperhatikan tubuhku di cermin, sepasang tetek berukuran 34B yang montok dan kenyal menggelantung hal yang demikian dan menggairahkan. Kuturunkan mataku ke bawah, memekku yang merah tampak dengan langsung tanpa terganggu oleh rambut indah yang baru tumbuh pendek. Tiupan aku persoalan hari yang lalu rambut itu sudah dicukur habis oleh suamiku.

Selang persoalan waktu kemudian kudengar pintu kamar diketuk, kupejamkan mata sambil bergulung ke arah kanan. Kemudian terdengar beberapa pintu dibuka lalu ditutup kembali, beberapa langkah kaki terdengar mendekat ke arahku. Hasan memanggil-manggil namaku, tetapi saya pura-pura tertidur dan tidak menjawabnya.

Selama persoalan dikala saya tak dikala ada gerakan, ini membuatku hendak membuka mata aku penasaran. Tiba-tiba saya dikala angin hangat pada pangkal pahaku, kubuka mataku sedikit, terbukti angin hangat tadi disebabkan oleh Hasan yang aku di selangkanganku. Pasti ia sedang rupanya wangi sabun sirih yang kupakai barusan. Saya ia dari hidungnya menikmati ke arah pintu liang memekku. Ini hembusan sensasi nafas tersendiri dalam tubuhku.

Hasan terus bertiup memunculkan di komponen bawah perutku, rasa geli dan nafas bercampur menjadi satu dan nafasnya tubuhku. Saya mencoba bertahan dan melawan kenikmatan yang terus menyerang, tetapi tubuhku berkata lain. Kurasakan ada cairan hangat yang mengalir keluar dari memekku,  menstimulasi Hasan aku bertiup ia saja tanpa mengerjakan penetrasi yang lain.

“Saya kapan melainkan tidur Kak. . ?” bisik Hasan di melaksanakan kiriku sementara salah satu tangannya memelintir puting tetekku sebelah kanan.

“Aucch. . Sshh. . Ampuun Saan. . Saya dah banguunn” erangku sambil membuka kedua kelopak mata.

Astaga terbukti Hasan telah aku mengenakan CD. Wajah Hasan rupanya langsung sekali di hadapanku, ada senyum cuma penuh kemenangan di sana. Kubalas senyumnya dan dengan penuh terlihat kulingkarkan kedua tanganku di lehernya. Kutarik wajah Hasan lebih mendekat ke arahku hingga bibir kami berdua bandel dan dulu hingga.

Dikala Hasan mengerjakan itu, puting tetekku yang lain tak dikala menganggur demikian itu saja. Dengan cuma jari-jari tangan Hasan memilin dan memelintir puting tetekku ini. Dan apabila ia sudah menggigit salah satu di antaranya, seandainya tangannya akan memencet puting yang lain dan menariknya dengan penuh gairah. Dan itu ia Hasan bergantian sudah kedua puting tetekku secara berulang-ulang.

Perbuatannya itu makin membuatku lupa daratan dan serasa melayang-layang di awan di Rumah Orang Tuaku 2

“Saann. . !” Jeritku lirih memanggil namanya dikala untuk yang kesekian kali, puting tetekku disedotnya kuat-kuat.

Saya menggelinjang kegelian. Hisapan itu nafas luar awam. Selangkanganku kian enak dan meradang. Tubuhku menggeliat-geliat bagai ular kepanasan mengimbangi permainan lidah dan bibir Hasan di tetekku yang terasa kian menggelembung keras.

“Oohh Kak. . Teteknya kian banget. . Mmphh. . Wuih. . Montok banget. .” rayu Hasan sambil terus memainkan sepasang tetekku.

“Saann. . Nnghh. . Jangan diliatin aja. . Dingin nih. .” rengekku manja dengan gaya yang genit. Hasan seperti tersadar dari lamunannya, dan mulai beraksi lagi.

“Abisnya badan kakak seksi banget sih. . Gak bosen saya ngeliat ni badan kalo lagi telanjang. .” katanya seraya melepaskan CD sampai bagus kami sama-sama telanjang.

Kulihat kontolnya yang keras itu meloncat keluar seperti ada pernya demikian itu lepas dari kungkungan CD. Mengacung tegang dengan gagahnya, besar dan panjang. Saya olehku otot-otot melingkar di sekujur kontol itu. Saya telah tidak aku lagi berkeinginan dikala kekerasannya dalam genggamanku. Saya dimiiki Hasan ini sabar punya suamiku seperti milik si kecil kecil saja. Segala kusambut tubuh Hasan yang menindih badanku lagi

Dengan cuma tanganku menggerayang ke sekujur tubuh Hasan, bergerak buah hati langsung pasti ke arah kontolnya. Hatiku berdesir bandel dikala dikala kontol nan keras itu dalam genggamanku,  kutelusuri mulai dari ujung hingga ke pangkalnya. Jemariku dikala-nari lincah menikmati urat-urat yang melingkar di sekujur kontolnya. Kudengar Hasan mengeluh panjang. Kuingin ia dikala kenikmatan yang kuberikan. Ujung jariku menggelitik moncongnya yang telah licin oleh cairan. Lagi-lagi Hasan melenguh, kali ini lebih panjang.

Tiba-tiba saja ia membalikkan tubuhnya, kepalanya persis berada di atas selangkanganku sementara miliknya persis di atas wajahku. Kulihat kontol Hasan bergelantungan, ujungnya menggesek -gesek wajahku sampai dengan refleks mulutku dulu menangkap kontol itu. Kukulum perlahan-perlahan dengan penuh perasaan. Hasan sepertinya tak melainkan pelan dengan gerakanku yang agresif.

Lidahnya menjulur menikmati garis memanjang bibir memekku.

Nikmat ini membuatku mau, tubuhku bergetar seakan diserang listrik. Kurasakan darahku berdesir kemana-mana, sementara lidah Hasan bermain kian lincah. Menjilat, menelusuri-nusuk, menerobos rongga rahimku. Ini membuatku seperti melayang-layang di atas awan. Nikmatnya sungguh tak terkira,  pinggulku tidak menikam tidak tidak kemana jilatan lidah Hasan berada. Tubuhku seperti dialiri listrik berkekuatan tinggi. Gemetar menyokong desakan kuat dalam tubuhku. Saya kian tidak aku kian tidak kenikmatan yang bendung oleh lidah Hasan. Perutku mengejang,  kakiku merapat, menjepit kepala Hasan. Saya otot-ototku menegang, dan jantungku serasa beragam dijadikan. Sekuat segala saya bertahan hingga WC tubuhku tidak hingga lagi menyokong kenikmatan gelombang orgasme yang meledak-ledak.

“Oohh. . Ssann. . Nghh. . Saya sekali. .” rintihku tidak kuasa menyokong diri.
“Saann. . Aduuhh. . Aduuhh saann! Sshh. . Mmppffhh. . Ayo saann. . Masukin aja. . Nggak tahann. .” pintaku menjerit-jerit tanpa malu.

Saya hampir tidak orgasme lagi dikala membayangkan aku nikmatnya dikala kontol Hasan yang perkasa itu mengisi memekku yang masih rapat dan singset terawat.

“Udah nggak aku ya. . Kak. .” candanya sampai membuatku blingsatan menyokong nafsu.

Saya gemas sekali hingga menyeringai seperti itu. Saya dulu menekan memandangnya Hasan dengan kedua tanganku sekuat segala. Hasan sama sekali tidak mengira akan hal itu, kekuatan tidak sempat lagi menyangka.

Saya tidak ayal lagi kontol Hasan melesak ke dalam memekku. Saya menikmati membuka

kedua kakiku lebar-lebar, memberi jalan seleluasa mungkin bagi kontol kelamin perkasa itu. Terasa kontol itu amat sesak sehingga sabar memekku amat lebar-lebar.

Kulihat wajah Hasan terbelalak tidak mengira akan perbuatanku. Saya melirik ke bawah tidak menerima kontolnya sudah terbenam dalam memekku. Saya tersenyum menyaksikannya, Hasan balas tersenyum.

“Kakak cuma ya. . Awas. . Ntar saya bikin mati keenakan.”  ujarnya.

“Saya doongg. .” jawabku genit sambil memeluk tubuh kekarnya.

Hasan mulai menggerakkan pinggulnya, bandel kulihat naik turun dengan teratur. Kadang-kadang digoyang-goyangkan sehingga ujung kontolnya aku menerima relung-relung memekku. Saya meraba mengimbanginya, pinggulku berputar penuh segala. Bergerak patah-patah, kemudian berputar lagi.

Efeknya luar awam, Hasan memuji-muji goyanganku. Saya belum pernah tidak saya demikian itu bergairah hingga menikam bergoyang sehebat ini.

Saya kian bergairah, pinggulku terus bergoyang tanpa henti sambil mengedut-ngedutkan otot memekku. Ini sabar Hasan merasa kontolnya seperti dikulum-kulum dalam jepitan memekku.

“Akkhh. . Kaa. . Eennaakkhh. . , hebaathh. . Uugghh. .” erangnya berulang-ulang. Sementara tangan Hasan kian kuat meremas-remas dan memilin-milin puting tetekku dan bibirnya terus menyapu menerima wajahku sampai ke leher, Hasan kian mempercepat segala hingga, kurasakan kontolnya yang besar keluar masuk memekku dengan cepatnya. Saya melodi terus mengimbangi kecepatan gerak pinggul Hasan, dan tusukannya kuakui permainan Hasan amat luar awam. Saya menikam dikala bagaimana rasa nafas yang bisa dari memekku mulai menjalari menerima tubuhku, enak bahwa puncak orgasme mulai merasuki tubuhku.

Sementara Hasan bermula melodi keras untuk bertahan, menstimulasi tubuhnya juga mulai mengejang-ngejang tidak karuan. Saya merasa jika ia juga hampir tidak klimaks. Pinggulku meliuk-liuk kian liar,  sementara memandangnya Hasan mengaduk-ngaduk kewanitaanku kian kian. Kencang kian tidak beraturan,  sehingga saya yakin jika ia akan menikmati mengeluarkan seandainya hangatnya dalam memekku.

Beberapa secara tiba-tiba saja aliran bandel berdesir dalam tubuhku. Nampaknya tubuhku juga telah hampir tak aku kian tidak Hasan terus-menerus. Memekku terasa merekah kian lebar, kedua ujung puting tetekku kian mengeras, mencuat berdiri tegak. Bibir Hasan dulu menangkapnya, dan menyedot kuat-kuat kemudian menjilatinya dengan penuh nafsu. Saya membusungkan dadaku sebisa mungkin dan oohh. . Rasanya saya tidak kuat lagi bertahan.

“Ssaann. . ! Saya keluarin doonng. . !” teriakku sambil menekan bandel kuat-kuat tidak kontolnya lebih masuk ke selangkanganku.

Nikmat detik kemudian tubuhku bergetar hebat, diiringi oleh gelombang rasa nafas tidak terhingga dikala cairan hangat menyembur dari memekku. Saya dengan itu, tubuh Hasan bergetar keras yang diiringi semprotan cairan hangat dari kontolnya di dalam memekku.

Hasan dulu memeluk tubuhku erat-erat, dengan penuh perasaan saya membalas pelukan itu. Kami lalu bergulingan di ranjang dikala kenikmatan puncak permainan cinta ini dengan penuh kepuasan. Kami dikala dan meresapinya bersama-sama, aku yang membasahi tubuh kami berdua menjadi satu dan tidak kami pedulikan lagi. Bantal dan guling menikmati ke lantai. Sprei keringat tidak karuan terlepas dari ikatannya.

Eranganku, jeritan nikmatku saling bertumbangan dengan geraman Hasan. Kakiku melingkar di sekitar pinggangnya, sementara bibirnya terus menghujani sekujur wajah dan leherku dengan awut-awutan-awut-awutan lembut. Saya masih menikam dikala kedutan-kedutan kontol Hasan yang perkasa menggesek

dinding memekku. Ia sekali permainan cinta yang penuh dengan gelora nafsu bisa ini.

Saya termenung dikala sisa-sisa akhir kenikmatan ini.  kusangka jika saya akan tidak badan dengan Hasan di kamar orang tuaku. Saya memang seorang laki-laki jantan yang senantiasa memberi kejutan tiap-tiap kali demi aku. Sesudah itu kami berdua tertidur dengan posisi saya menindih tubuhnya, sementara kontolnya masih menancap di dalam memekku.

Senin, 27 Januari 2020

Murid Entot Ibu Guru

Murid Entot Ibu Guru

Situs poker- Kejadian ini tepatnya dikala saya masih duduk du tempat duduk SMA, Sedang sahabat kencanku yakni seorang guru seni lukis di SMA-ku yang masih terbilang baru dan masih lajang. Dikala itu umurku masih mengijak 17-18 tahun. Sedang guru lukisku itu yakni guru wanita paling muda, baru 25 tahun. Semula saya memanggilnya Bu Guru, layaknya seorang murid terhadap gurunya. Tetapi sejak kami akrab dan ia mengajariku making love, lama-lama saya memanggilnya dengan sebutan Mbak. Tepatnya, Mbak Yani. Berkeinginan tahu ceritanya?
Petang itu ada seorang si kecil kecil datang mencari ke rumah. Saya
dipinta datang ke rumah Mbak Yani, tetangga kampungku, untuk membetulkan jaringan listrik rumahnya yang rusak.

“Kencang ya, Mas. Telah ditunggu Mbak Yani,” ujar si kecil SD
tetangga Mbak Yani.

Agen Poker -Dalam hati, saya benar-benar girang. Alangkah tak, guru seni lukis
itu ternyata makin lengket denganku. Saya sendiri tidak tahu,
mengapa ia kerap kali meminta bantu untuk membetulkan perlengkapan
rumah tangganya. Dinasihatinya terang, sejak ia mengajaku melukis pergi ke lereng gunung dan making love di semak-semak hutan, Mbak Yani makin kerap kali mengajakku pergi. Dan petang ini ia memintaku datang ke rumahnya lagi.

Tanpa banyak pikir saya seketika berangkat dengan mengendarai sepeda motor. Maklum, rumahnya terbilang cukup jauh, sekitar 5km dari rumahku. Sesampainya di rumah Mbak Yani, suasana sepi.
Keluarganya tampaknya sedang pergi.Betul, dikala saya mengetuk pintu, cuma Mbak Yani yang kelihatan.

“Ayo, cepet masuk. Seluruh keluargaku sedang pergi menghadiri acara hajatan saudar di luar kota,” sambut Mbak Yani sambil menggandeng tangganku.
Darahku mendesir dikala membuntuti langkah Mbak Yani. Alangkah tak, baju yang dikenakan luar awam sexy, cuma sejenis daster pendek sampai tonjolan payudara dan pahanya terasa menarik hati.
“Anu, Bud… Listrik rumahku mati melulu. Mungkin ada ada
kabel yang konslet. Bantu betulin, ya… Kamu tidak keberatan
kan?” pinta Mbak Yani kemudian.
Tanpa banyak basa-basi Mbak Yani menggandengku masuk ke ruang tengah, kemudian masuk ke sebuah kamar.
“Nah aku curiga jaringan di kamar ini yang rusak. Buruan kamu
teliti ya. Nanti keburu mahrib.”
Saya cuma menuruti semua permintaannya. Sesudah merunutu
jaringan kabel, akibatnya saya memutusukan untuk memanjat atap kamar melewati ranjang. Tetapi saya tak tahu persis, kamar itu daerah tidur siapa. Dinasihatinya terang, saya benar-benar yakin itu bukan.

kamarnya bapak-ibunya. Parahnya, dikala saya menyusuri
kabel-kabel, saya belum menemukan kabel yang lecet. Semuanya beres. Kemudian saya pindah ke kamar sebelah. saya juga tidak dapat menemukan kabel yang lecet. Kemudian pindah ke kamar lain lagi, hingga akibatnya saya patut meneliti kamar tidur Mbak Yani sendiri, sebuah kamar yang dipenuhi dengan aneka lukisan sensual. Parahnya lagi, dikala hari sudah gelap, saya belum dapat menemukan kabel yang rusak. Walhasil, rumah Mbak Yani konsisten gelap sempurna. Dan saya cuma mengandalkan bantuan sebuah senter serta lilin kecil yang dinyalakan Mbak Yani.



Lebih celaka lagi, tiba-tiba hujan deras mengguyur seantero
kota. Tak-dapat tak, saya patut stop. Maunya saya mau
melanjutkan profesi itu satu hari setelah hari ini pagi.
“Wah, maaf Mbak saya tidak dapat menemukan kabel yang rusak. Ku pikir, kabel komponen puncak atap rumah yang kurang beres. Jadi satu hari setelah hari ini saya patut bawa tangga khusus,” jelasku sambil melangkah keluar kamar.
“Yah, tidak apa-apa. Tetapi sorry yah. Saya…. merepotkanmu,”
balas Mbak Yanti.
“Itu es tehnya diminum dahulu.”

Sementara menunggu hujan reda, kami berdua berakap-mampu
berdua di ruang tengah. Cukup banyak cerita-cerita keadaan sulit
pribadi yang kami tukar, termasuk hubunganku dengan Mbak Yani selama ini. Mbak Yani juga tak tertinggal menanyakan soal puisi cantik artikelnya yang ia kirimkan padaku via kado ulang tahunku sebagian bulan lalu.

Entah bagiamana mulanya, tahu-tahu nada percakapan kami
berubah mesra dan menjurus ke arah yang menggairahkan jiwa. Pun, Mbak Yani tidak segan-segan membelai wajahku, mengelu telingkau dan sebagianya. Tidak sadar, tubuh kami berdua jadi berhimpitan sampai memunculkan stimulus yang cukup berarti untukku. Apalagi sesudah dadaku merekat erat pada payudaranya yang berukuran tak seperti itu besar melainkan formatnya cantik dan pesat. Dan tidak ayal lagi, penisku bahkan mulai berdiri mengencang. Saya tidak sadar, bahwa saya telah terstimulus oleh guru sekolahku sendiri! Tetapi hawa nafsu libido yang mulai melandaku sepertinya menumbangkan logika sehatku. Mbak Yani sendiri juga tampaknya mempunyai pikiran yang sama saja. Dia tak henti-hentinya mengulumi bibirku dengan nafsunya.

Kesudahannya, nafsuku telah tidak tertahankan lagi. Sementara
bibirku dan Mbak Yani masih konsisten saling memagut, tanganku
mulai menggerayangi tubuh guru sekolahku itu. Kujamah gundukan daging kembar yang menghiasi dengan menawannya dada Mbak Yani yang masih berpakaian komplit. Dengan langsung kuremas-remas komponen tubuh yang peka hal yang demikian.
“Aaah… Budi… aah…” Mbak Yani mulai melenguh kenikmatan.

Bibirnya masih konsisten melahap bibirku.
Mengenal Mbak Yani tak menghalangiku, saya kian berani. Remasan-remasan tanganku pada payudaranya kian menjadi-jadi. Sungguh suatu kenikmatan yang baru pertama kali kualami meremas-remas benda kembar cantik nan kenyal milik guru sekolahku itu. Via kain blus yang dikenakan Mbak Yani kuusap-usap ujung payudaranya yang seperti itu menggiurkan itu. Tubuh Mbak Yani mulai bergerak menggelinjang.

“Uuuuhhh… Mbak…..” Saya mendesah ketika menikmati ada jamahan yang mendarat di selangkanganku. Penisku bahkan bertambah menegang dampak sentuhan tangan Mbak Yani ini, membuatku komponen selangkangan celana panjangku kelihatan seperti itu terlihat.
Mbak Yani juga merasakannya, membuatnya kian bernafsu
meremas-remas penisku itu dari balik celana panjangku. Nafsu
libido yang menggelora nampaknya kian menenggelamkan kami berdua, sehingga membikin kami melupakan relasi kami sebagai guru-murid.

“Aaauuhh… Bud… uuuh…..” Mbak Yani mendesis-desis dengan
desahannya sebab remasan-remasan tanganku di payudaranya bukannya stop, malahan kian merajalela. Matanya terpejam merasa kenikmatan yang seperti itu menghebat.
Tanganku mulai membuka satu persatu kancing blus Mbak Yani dari yang paling atas sampai kancing terakhir. Lalu Mbak Yani sendiri yang menanggalkan blus yang dikenakannya itu. Saya terpana sesaat memperhatikan tubuh guru sekolahku itu yang putih dan mulus dengan payudaranya yang membulat dan bertengger dengan seperti itu menawannya di dadanya yang masih tertutup beha katun berwarna krem kekuningan. Tapi saya langsung tersadar, bahwa panorama amboi di hadapannya itu memang tersedia untukku, terlepas itu milik guru sekolahku sendiri.

Tak mau buang-membuang waktu, bibirku stop menciumi
bibir Mbak Yani dan mulai bergerak ke bawah. Kucium dan
kujilati leher tingkatan Mbak Yani, membuatnya
menggelinjal-gelinjal sambil merintih kecil. Sementara itu,
tanganku kuselipkan ke balik beha Mbak Yani sehingga
menungkupi semua permukaan payudara sebelah kanannya. Puting susunya yang tinggi dan mulai mengeras seperti itu menggelitik telapak tanganku. Seketika kuelus-elus puting susu yang cantik itu dengan telapak tanganku. Kepala Mbak Yani tersentak menghadap ke atas sambil memejamkan matanya. Tak puas dengan itu, ibu jari dan telunjukku memilin-milin puting susu Mbak Yani yang seketika saja menjadi benar-benar keras. Memang baru kali ini saya menggeluti tubuh cantik seorang wanita. Tetapi memang insting kelelakianku membuatku seakan-akan telah trampil melaksanakannya.

“Iiiihh….. auuuhhh….. aaahhh…..” Mbak Yani tak bisa
membendung desahan-desahan nafsunya. Semua gelitikan
jari-jemariku yang dinikmati oleh payudara dan puting susunya
dengan bertubi-tubi, membikin nafsu libidonya kian
membulak-bulak.

Kupegang tali pengikat beha Mbak Yani lalu kuturunkan ke
bawah. Kemudian beha itu kupelorotkan ke bawah hingga ke perut Mbak Yani. Puting susu Mbak Yani yang telah seperti itu mengeras itu seketika mencelat dan mencuat dengan menawannya di depanku. Saya seketika saja melahap puting susu yang benar-benar menggiurkan itu. Kusedot-sedot puting susu Mbak Yani. Kuingat masa kecilku dahulu ketika masih menyusu pada payudara ibuku. Bedanya, tentu saja payudara guru sekolahku ini belum bisa mengeluarkan air susu. Mbak Yani menggeliat-geliat dampak rasa enak yang seperti itu melanda kalbunya. Lidahku dengan mahirnya tidak ayal menggelitiki puting susunya sehingga pentil yang peka itu melenting ke kiri dan ke kanan terkena hajaran lidahku.

“Oooh…. Buuuuuuuud” desahan Mbak Yani kian lama bertambah keras. Untung saja rumahnya sedang sepi dan lokasinya memang agak berjauhan dari rumah yang paling dekat, sehingga tak mungkin ada orang yang mendengarnya.
Belum puas dengan payudara dan puting susu Mbak Yani yang
sebelah kiri, yang telah berair berlumuran air liurku, mulutku
sekarang pindah merambah bukit membusung sebelah kanan. Karena yang kuperbuat pada belahan cantik sebelah kiri tadi, uperbuat pula pada yang sebelah kanan ini. Payudara sebelah kanan milik guru sekolahku yang membulat cantik itu tidak luput mendapatkan jelajahan mulutku dengan lidahnya yang bergerak-gerak dengan mahirnya. Kukulum ujung payudara Mbak Yani. Lalu kujilati dan kugelitiki puting susunya yang tinggi. Puting susu itu juga sama melenting ke kiri dan ke kanan, seperti halnya puting susu payudaranya yang sebelah kiri tadi. Mbak Yani bahkan kian merintih-rintih sebab menikmati geli dan enak yang menjadi-jadi berbaur menjadi satu padu. Padahal tengah minum soft drink dengan mengaplikasikan sedotan plastik, kuseruput puting susu guru sekolahku itu.

“Buuuddd….. Aaaahhhhh…..” Mbak Yani menjerit panjang.
Lidahku konsisten tidak henti-hentinya menjilati puting susu Mbak
Yani yang telah demikian kerasnya. Sementara itu tanganku
mulai bergerak ke arah bawah. Kubuka retsleting celana jeans
yang Mbak Yani kenakan. Kemudian dengan sedikit dibantunya
sambil konsisten merem-melek, kutanggalkan celana jeans itu ke
bawah sampai ke mata kaki. Tubuh komponen bawah Mbak Yani
kini cuma dilindungi oleh selembar celana dalam dengan
bahan dan warna yang seragam dengan behanya. Disokong seperti itu, konsisten bisa kulihat warna kehitaman samar-samar di komponen selangkangannya.

Tidak oleh nafsu libido yang kian membumbung tinggi,
tanpa berdaya upaya panjang lagi, kulepas pula kain satu-satunya
yang masih menutupi tubuh Mbak Yani yang memang sintal itu.
Dan akibatnya tubuh mulus guru sekolahku itu bahkan terhampar
bugil di depanku, siap untuk kunikmati.

Tidak ayal, jari tengahku mulai menjamah bibir organ intim wanita Mbak Yani
di selangkangannya yang telah mulai ditumbuhi bulu-bulu tipis
kehitaman meski belum seperti itu banyak. Kutelusuri sekujur
permukaan bibir organ intim wanita itu secara melingkar berulang-ulang
dengan lembutnya. Tubuh Mbak Yani yang masih terduduk di sofa melengkung ke atas dibuatnya, sehingga payudaranya kian membusung membumbung tinggi, yang masih konsisten dilahap oleh mulut dan bibirku dengan tanpa henti.

“Oooohhh….. Budddyyyy….. Iiiihhh….. Buuud…..!”
Jari tengahku itu stop pada gundukan daging kecil berwarna
kemerahan yang berlokasi di bibir organ intim wanita Mbak Yani yang mulai
dibasahi cairan-cairan jernih. Mula-mula kuusap-usap daging
kecil yang bernama klitoris ini dengan pelan-lahan.

Lama-kelamaan kunaikkan temponya, sehingga usapan-usapan hal yang demikian kini telah menjadi gelitikan, malah tidak lama kemudian bertambah lagi intensitasnya menjadi sentilan. Klitoris Mbak Yani yang bertambah merah dampak sentuhan jariku yang bagaikan telah profesional, membikin tubuh pemiliknya itu kian menggelinjal-gelinjal tidak tentu arahnya.
Dikala Mbak Yani yang kelihatan kian menstimulasi, saya menambah kecepatan gelitikanku pada klitorisnya. Dan akhirnya, klitoris Mbak Yani mulai membengkak. Sementara vaginanya bahkan kian dibanjiri oleh cairan-cairan kenikmatan yang terus mengalir dari dalam lubang keramat yang masih sempit itu.

Puas menjelajahi klitoris Mbak Yani, jari tengahku mulai
merangsek masuk pelan-lahan ke dalam organ intim wanita guru sekolahku itu. Setahap demi setahap kumasukkan jariku ke dalam vaginanya. Mula-mula sebatas ruas jari yang pertama. Dengan sulit payah memang, karena organ intim wanita Mbak Yani memang masih teramat sempit. Kemudian pelan-lahan jariku kutusukkan lebih dalam lagi. Pada ketika separo jariku telah amblas ke dalam organ intim wanita Mbak Yani, terasa ada hambatan. Padahal adanya selaput yang cukup lentur.

“Aiiihh… Bud…” Mbak Yani merintih kecil seraya meringis seperti membendung rasa sakit. Dikala itu juga, saya seketika sadar,
bahwa yang menghalangi penetrasi jari tengahku ke dalam organ intim wanita Mbak Yani yakni selaput daranya yang masih utuh. Seperti guru sekolahku satu-satunya itu masih perawan. Baru saya tahu, rupanya sebandel-jahilnya Mbak Yani, rupanya guru sekolahku itu masih kapabel memelihara kehormatannya. Saya sedikit salut padanya. Dan untuk menghargainya, saya menetapkan tak akan
melanjutkan perbuatanku itu.
“Bud….. Kok distop…..” tanya Mbak Yani dengan napas
terengah-engah.
“Mbak, Mbak kan masih perawan. Nanti kalo saya terusin kan Mbak
dapat…..”

Mbak Yani malahan menjulurkan tangannya menggapai
selangkanganku. Seluruh tangannya meraba ujung penisku yang masih ada di dalam celana pendek yang kupakai, penisku yang tadinya telah mengecil, sontak seketika bergerak mengeras kembali. Seperti sentuhan lembut tangannya itu sukses membuatku terstimulus kembali, membuatku tak bisa menyanggah apa saja lagi, malah saya seperti melupakan apa-apa yang kukatakan barusan.
Dengan secepat kilat, Mbak Yani membatasi kolor celana pendekku itu, lalu dengan sigap pula celanaku itu dilucutinya sebatas lutut. Dinasihatinya tersisa cuma celana dalamku. Mata Mbak Yani kelihatan berbinar-binar menyaksikan onggokan yang cukup besar di selangkanganku. Diremas-remasnya penisku dengan tangannya, membikin penisku itu kian bertambah keras dan bertambah panjang. Kutaksir panjangnya kini telah bertambah dua kali lipat semula. Bukan main! Seluruh ini dampak stimulus yang kuterima dari guru sekolahku itu sedemikian hebatnya.
“Mbak….. saya buka dahulu ya,” tanyaku sambil menanggalkan
celana dalamku.

Penisku yang telah seperti itu tegangnya seperti meloncat keluar
seperti itu penutupnya terlepas.
“Aw!” Mbak Yani menjerit terkejut memperhatikan penisku yang seperti itu
membumbung dan siap tempur. Tetapi kemudian dia meraih penisku itu dan pelan-lahan dia menggosok-gosok batang ‘meriam’-ku itu, sehingga membikin otot-otot yang memutarinya bertambah terang terlihat dan batang penisku itu bahkan menjadi laksana tonggak yang kokoh dan siap menghujam siapa saja yang menghambatnya. Kemudian Mbak Yani menarik penisku dan menuntunnya menuju selangkangannya sendiri. Saya penisku itu pas ke arah lubang vaginanya.
Sekilas, saya seperti sadar. Astaga! Mbak Yani kan guru
sekolahku sendiri! Karena jadinya nanti sekiranya saya hingga
menyetubuhinya? Karena kata orang-orang nanti mengenal saya
berkaitan seks dengan guru sekolahku sendiri?

Kesudahannya saya menetapkan tak akan mengerjakan penetrasi lebih jauh ke dalam organ intim wanita Mbak Yani. Kutempelkan ujung penisku ke bibir organ intim wanita Mbak Yani, lalu kuputar-putar memutari bibir gua hal yang demikian. Mbak Yani menggerinjal-gerinjal menikmati sensasi yang demikian hebatnya serta tak ada duanya di dunia ini.
“Aaahhh….. uuuhhhh…..” Mbak Yani mendesah-desah dengan
Yanirnya sewaktu saya sengaja menyentuhkan penisku pada
klitorisnya yang kemerahan dan sekarang kembali membengkak.
Sementara bibirku masih belum puas-puasnya berpetualang di
payudara Mbak Yani itu dengan puting susunya yang
menggairahkan. 

Friksi payudara guru sekolahku itu dan tempat sekitarnya berair kuyup terkena jilatan dan lumatanku yang seperti itu menggila, sehingga kelihatan mengkilap.
Saya pelan-lahan mulai memasukkan batang penisku ke dalam lubang organ intim wanita Mbak Yani. Sengaja saya tak berkeinginan seketika menusukkannya. Friksi sekiranya hingga kebablasan, bukan tak mungkin bisa mengoyak selaput daranya. Saya tak berkeinginan mengerjakan tindakan itu, karena bagaimanapun juga Mbak Yani yakni guru sekolahku, darah dagingku sendiri!

Mbak Yani mengejan dikala kusodokkan penisku lebih dalam lagi ke dalam vaginanya. Sewaktu kaprah-kaprah penisku amblas hampir setengahnya, ujung “tonggak”-ku itu rupanya sudah terbendung oleh selaput dara Mbak Yani, sehingga membuatku menghentikan hujaman penisku itu. Seketika saja kutarik penisku pelan-lahan dari Yaning surgawi milik guru sekolahku itu. Malah-friksi yang terjadi antara batang penisku dengan dinding lorong organ intim wanita Mbak Yani membuatku meringis-ringis membendung rasa enak yang yang tidak terhingga. Baru kali ini saya menikmati sensasi seperti ini. Lalu, kembali kutusukkan penisku ke dalam organ intim wanita Mbak Yani hingga sebatas selaput daranya lagi dan kutarik lagi hingga hampir keluar seluruhnya.

Seluruh terus kulakukan berulang-ulang memasukkan dan
mengeluarkan separo batang penisku ke dalam organ intim wanita Mbak
Yani. Dan temponya bahkan kian lama kian kupercepat.
Malah-friksi batang penisku dengan Yaning organ intim wanita Mbak Yani kian menggila. Rasanya tak ada lagi di dunia ini yang bisa menandingi kenikmatan yang sedang kurasakan dalam permainan cintaku dengan guru sekolahku sendiri ini.Kenikmatan yang pertama dengan kenikmatan selanjutnya,
disambung dengan kenikmatan berikutnya lagi, saling
susul-menyusul tanpa henti.

Tampaknya setan mulai merajalela di otakku seiring dengan
intensitas friksi-friksi yang terjadi di dalam organ intim wanita Mbak
Yani yang kian tinggi. Kenikmatan tiada taranya yang serasa tak kesudahan, malah kian menjadi-jadi membikin saya dan Mbak Yani menjadi lupa semua-galanya. Saya bahkan melupakan seluruh komitmenku tadi.

Dalam suatu kali ketika penisku tengah menyodok organ intim wanita Mbak
Yani, saya tak menghentikan hujamanku itu sebatas selaput
daranya seperti awam, melainkan malahan meneruskannya dengan cukup keras dan kencang, sehingga batang penisku amblas seluruhnya dalam organ intim wanita Mbak Yani. Vaginanya yang sungguh-sungguh sempit itu berdetak-detak menjepit batang penisku yang karam sepenuhnya.
“Aaaauuuuwwww…..” Mbak Yani menjerit cukup keras kesakitan.

Tapi saya tak menghiraukannya. Sebaliknya saya kian
bernafsu untuk memompa penisku itu kian dalam dan kian kencang lagi penetrasi di dalam organ intim wanita Mbak Yani. Tampaknya rasa sakit yang dialami guru sekolahku itu tak membikin saya mengurungkan tindakan setanku. Pun genjotan penisku ke dalam lubang vaginanya kian menggila. Kurasakan, kian kencang saya memompa penisku, kian hebat pula friksi-friksi yang terjadi antara batang penisku itu dengan dinding organ intim wanita Mbak Yani, dan kian tiada tandingannya kenikmatan yang
kurasakan.

Hujaman-hujaman penisku ke dalam organ intim wanita Mbak Yani
terus-menerus terjadi sambung-menyambung. Pun tambah lama bertambah tinggi temponya. Mbak Yani tak kapabel bertingkah apa-apa lagi selain cuma menjerit-jerit tak karuan.
Rupa-ternyata setan sudah merajai jiwa kami berdua, sehingga kami terhanyut dalam tindakan yang tak selayaknya dilaksanakan oleh dua guru dan murid.
“Aaaah….. Budi….. aaahhh…..” Mbak Yani menjerit panjang.

Tampaknya dia telah seakan-akan terbang melayang hingga langit ketujuh. Matanya terpejam sementara tubuhnya bergetar dan menggelinjang keras. Tetapi mulai membasahi tubuh kami berdua. Kutahu, guru sekolahku itu telah hampir menempuh orgasme. Tetapi saya tak mempedulikannya. Saya sendiri belum menikmati apa-apa. Dan lenguhan serta jeritan Mbak Yani kian membikin tikaman-tikaman penisku ke dalam vaginanya bertambah menggila lagi. Mbak Yani bahkan bertambah keras jeritan-jeritannya. Pokoknya suasana ketika itu telah onar sekali. Semua ragam lenguhan, desahan, ditambah dengan jeritan berpadu menjadi satu.
Kesudahannya kurasakan sesuatu hampir meluap keluar dari dalam
penisku. 
Tapi ini tak membuatku menghentikan penetrasiku pada organ intim wanita Mbak Yani. Tempo genjotan-genjotan penisku juga tak kukurangi. Dan akibatnya sesudah rasanya saya tak kapabel membendung orgasmeku, kutarik penisku dari dalam organ intim wanita Mbak Yani secepat kilat. Kemudian dengan tempo yang tinggi, kugosok-gosok batang penisku itu dengan tanganku. Tidak lama kemudian, cairan-cairan kental berwarna putih bagaikan layaknya senapan mesin bermuncratan dari ujung penisku.  mengenai muka Mbak Yani. Ada pula yang mengenai payudara dan komponen tubuhnya yang lain. Pun celaka! Ada pula yang belepotan di jok sofa yang diduduki Mbak Yani. Ditambah dengan darah yang mengalir dari dalam vaginanya, menggambarkan keperawanan guru sekolahku itu sukses direnggut olehku.

Dan akibatnya sebab kehabisan kekuatan, saya terterjang seperti itu saja ke atas sofa di samping Mbak Yani. Tubuh kami berdua telah bermandikan peluh dari ujung rambut ke ujung kaki. Saya cuma mengenakan kaus oblong saja, padahal Mbak Yani telanjang Bulat tanpa selembar benangpun yang Menutupi tubuhnya

Sabtu, 25 Januari 2020

Bagi 5 Zodiak Ini, Genit Dengan Yang Lain Sama Dengan Selingkuh





Bagi 5 Zodiak Ini, Genit Dengan Yang Lain Sama Dengan Selingkuh.

AgenSlot-Tiap orang punya definisi dan batasan yang berbeda soal selingkuh. Ada orang yang menganggap cuma sekedar ngobrol dengan lawan tipe lain, telah menjadi permulaan mula perselingkuhan. Namun ada juga yang santai menghadapi pasangan yang punya banyak sahabat lawan tipe.

Sejatinya ada banyak wujud selingkuh kecuali selingkuh jasmani, emosi, dan lisan. Bagi sejumlah zodiak, menarik hati lawan tipe lain telah komponen dari selingkuh dan membikin mereka cemburu seperti diberitakan dari YourTango. Siapa saja mereka?

1. Pisces
Pisces dapat terluka sekiranya mereka memandang atau mendengar pasangannya menarik hati orang lain. Pisces bersifat intuitif dan bisa mengenal apakah gerakan genit itu lebih yakni proposisi ketimbang menarik hati. Pisces bisa mengecup apa niat seseorang, termasuk pasangannya. Zodiak ini peka, dan sekiranya pasangannya melihat seseorang, Pisces akan terluka dan emosi. Pisces juga dapat menjadi agak pesimis dan dapat tidak percaya lagi.

2. Scorpio
Scorpio cenderung memperhatikan bahwa menarik hati sebagai wujud selingkuh sebab Scorpio mengevaluasi hal itu dapat memunculkan chemistry. Scorpio tahu bahwa menarik hati itu menyenangkan. Hal itu dapat berubah menjadi perasaan cinta dan minat pada orang lain kecuali pasangan.

3. Cancer
Cancer amat tahu bahwa menarik hati dan genit dapat menyebabkan pertukaran pikiran dan perasaan yang lebih intim. Cancer tak berharap kekerabatan dan koneksi mereka dengan pasangan berada dalam ancaman. Tak ada yang lebih memahami dan memberi dalam hal berbagi emosional kecuali Cancer. Mereka tahu bahwa keintiman emosi pasti bisa memicu perselingkuhan sekiranya diizinkan tumbuh.

4. Capricorn
Salah satu hal yang paling dihargai Capricorn yakni keloyalan. Mereka tak dapat berbagi cinta pasangannya dengan orang lain. Seandainya pasangan mereka secara terbuka menarik hati seseorang dan menikmatinya, itu jadi permasalahan besar. Bersikap ramah dan bagus boleh, melainkan jangan terlalu genit sekiranya berharap membikin Capricorn senang. Capricorn tidak berharap pasangannya kelewat batas.

5. Taurus
Taurus cenderung menganggap sikap pasangan yang menarik hati lawan tipe lain sebagai ancaman. Rasanya seperti pelanggaran, atau memungkiri komitmen janji. Taurus dapat cemburu, dan ini dapat membikin segalanya tegang dan tak nyaman. Pun dapat usai perkelahian.



Otong Besar Mahasiswa Yang Kunikmati


Otong Besar Mahasiswa Yang Kunikmati

Agen Playtech-Ucap saja namaku Atika, seorang wanita yang sudah berusia 40 tahun dan sudah bersuami. Berdasarkan banyak sahabat, saya yaitu wanita yang cukup menawan dan berkulit putih bersih. Yang luar awam yaitu perawakan tubuhku yang masih terawat dan menawan. Tinggi badanku 167 cm. Pantatku cukup bulat dan berisi dengan sepasang betis yang menawan. Sepasang payudaraku berukuran 34 juga terlihat padat dan selaras dengan wujud tubuhku. Kata orang tubuhku seperti seniman Minarti Atmanegara yang wujud tubuhnya konsisten menawan diusia yang sudah berkepala 4. Saya berprofesi sebagai karyawati staff accounting pada sebuah toserba yang cukup besar dikotaku. Sehingga saya banyak mengetahui banyak kekerabatan dari para pekerja perusahaan lain yang memasok barang ketempatku berprofesi. Saya juga menjadi instruktur senam BL ditempat saya fitness. Disinilah kisah yang akan kisah menawan saya dan Indera pertama kali terjadi. Sebagai seorang istri, saya yakni seorang wanita loyal pada suami.

Agen Poker-Saya berprinsip, tak ada laki-laki lain yang meraba hati dan tubuhku, selain suami yang betul-betul kucintai. Dan sebelum kisah ini terjadi, saya memang senantiasa bisa menjaga kesetiaanku. Jangankan diraba, beratensi dengan lelaki lain yakni pantangan buatku. Namun begitulah, sebagian bulan terakhir suamiku kurang bisa memuaskanku diatas ranjang. Kalaupun dapat, ia pasti kelelahan dan lantas rehat. Mungkin karna umur kami yang terpaut 14 tahun, ingin tidak ingin saya hanya dapat memainkan jari sambil membayangkan suamiku sedang memasukkan batang kejantanannya ke vaginaku. Melainkan tidak senikmat kenyataan. Hingga kesudahannya datang seorang mahasiswa yang mau PI (Praktek Industri) ditempatku. Dan saya ditunjuk sebagai pembimbing mahasiswa hal yang demikian oleh bosku. Mahasiswa itu mempersembahkan dirinya bernama Indera. Kuperhatikan ia dari atas hingga bawah, cukup lumayan penampilannya. Indera berbadan tinggi besar dan atletis, tingginya sekitar 178 cm. Sungguh saya tak memiliki pikiran atau perasaan beratensi padanya. Pada mulanya kekerabatan kami awam- awam saja, pun cendrung agak kaku. Tetapi semacam itu, Indera senantiasa bersikap bagus padaku.

Di baca Juga : Ngentot Dokter Amoy Muda Yang Sombong

Kuakui pula, dia pemuda yang simpatik. Dia betul-betul trampil mengambil hati orang. Sehingga lama-kelamaan kelakuannya berkurang dan kami berdua menjadi akrab. Pun saya kerap minta Indera membantuku lembur dikantor. Dan bila semacam itu umumnya saya bercerita perihal kehidupan rumah tanggaku. Hingga-hingga urusan diatas daerah tidur kuceritakan padanya. Karna Indera betul-betul trampil memancing. Sampai suatu saat, sesudah sebulan Dia PI dikantorku. Sewaktu saya sedang lembur menghitung keuangan bulanan perusahaan, Indera datang menghampiriku. ” Misi Bu, dapat ganggu gak? ” Tegur Indera sopan. ” Ya ada apa Ndra? ” Jawabku. ” Ini.. ada sebagian yang aku gak ngerti dapat dibuktikan gak Bu? ” Indera bertanya lagi. ” Ooh dapat.. mana yang kamunya kurang mengerti ” saya menjawab lalu memerintahnya untuk duduk disampingku disofa. Lalu saya memberikan penjelasan panjang lebar kepadanya. Katanya sih bahan yang ia meminta penjelasan dariku itu akan dimasukkan dalam bahan laporannya. ” Bu, aku mo ngasih hadiah ulang tahun, Bu atika ingin nerima gak? ” Tanyanya tiba-tiba. ” Boleh, syaratnya hadiahnya mesti banyak ya” Jawabku berkelakar. ” Aku juga punya prasyarat Bu, hadiah ini akan aku berikan kalo Bu Atika ingin memejamkan mata. Berharap gak? ” Tanyanya lagi. ” Serius nih? Oke kalo hanya itu syaratnya Ibu ingin ” Kataku sambil memejamkan mata. ” Awas jangan buka mata hingga aku memberikan aba-aba..! ” Kata Indera lagi.

Di Baca Juga : Kehilangan Perawan Di perkosa Oleh Paman

Sambil terpejam saya penasaran dengan hadiah apa yang akan diberikannya. melainkan, ya ampun, pada dikala mataku terpejam, tiba-tiba saya menikmati ada benda yang lunak meraba bibirku. Tak cuma meraba, benda itu juga melibas bibirku dengan halus. Saya lantas tahu, Indera tengah menciumku. Karenanya saya lantas membuka mata, wajah Indera betul-betul dekat dengan wajahku dan tangannya merangkul pinggangku. Namun anehnya, sesudah itu saya tak berupaya mengindar. Untuk sebagian lama, Indera masih melibas bibirku. Kalo ingin jujur saya juga ikut serta menikmatinya. Pun sebagian dikala secara refleks saya juga membalas melibas bibir Indera. Hingga kemudian saya tersadar, lalu ku dorong dada Indera sampai dia terjengkang kebelakang. ” Ndra sepatutnya ini gak boleh terjadi ” Kataku dengan nada bergetar menahanrasa malu dan sungkan yang menggumpal dihatiku. ” Maaf Bu Atika, mungkin aku terlalu nekat. Harus aku sadar Ibu telah bersuami. Melainkan inilah kenyataannya, Saya sayang sama Bu Atika ” Ujarnya lirih sambil meninggalkanku. Segera itu saya merasa betul-betul menyesal, saya merasa sudah mengkhianati suamiku. Melainkan uniknya momen seperti masih terulang sebagian kali. Sebagian kali bila Indera konsultasi denganku, dia senantiasa memberikan “hadiah” seperti itu. Tentu itu dijalankannya jiak tidak ada orang yang mengamati. Sedangkan pada kesudahannya saya menolaknya, melainkan anehnya, saya tak pernah naik pitam dengan tindakan Indera itu.

Mulanya saya protes, sesudah dibuktikan panjang lebar kesudahannya saya ingin ikut serta pergi juga. Oh ya, kami berempat mengaplikasikan kendaraan beroda empat milik kawan Indera. Berempat kami jalan- jalan kesuatu lokawisata pegunungan yang cukup jauh dari kotaku. Kami sengaja memilih daerah yang jauh dari kota, supaya tak mengundang kecurigaan tetangga, keluarga dan terpenting suamiku. Sesudah lebih satu jam kami berputar-putar disekitar lokasi tamasya, Indera dan kawannya mengajak rehat disebuah losmen. Kawan Indera tadi dan pacarnya menyewa satu kamar, dan kedua orang itu lantas sirna dibalik pintu yang tertutup. Maklum keduanya baru dimabuk cinta. Saya dan suamiku dahulu waktu pacaran juga semacam itu, jadi saya maklum saja. Indera menyewa juga satu kamar disebelahnya. Saya hakekatnya juga berniat menyewa kamar sendiri akan melainkan indera melarangku. ” Ngapain boros-boros? apabila sekadar rehat satu kamar saja. Tuh bed- nya ada dua ” Ujarnya. Walhasil saya mengalah, saya numpang dikamar yang disewa Indera. Meski hakekatnya saya merasa betul-betul tak nikmat hati. Kami berbicara mengakak cekikikan mendiskusikan kawan Indera dan pacarnya dikamar sebelah. Apalagi, kawan Indera dan pacarnya sengaja mendesah-desah sampai kedengaran ditelinga kami. Sejujurnya saya deg- degan juga mendengar desahan dari kamar sebelah yang mirip bunyi orang terengah-engah itu. Entah mengapa dadaku kian berdegup cepat saat saya mendengar desahan itu dan membayangkan apa ayng sedang mereka lakukan dikamar sebelah. Untuk sebagian dikala, saya dan Indera membisu terpaku.

Dia menjilati dan menciumi segala wajahku, lalu merambat keleher dan telingaku. Saya memang pasif dan membisu, tetapi pelan melainkan pasti nafsu daya seksualitas kian kuat menguasaiku. Sepatutnya kuakui, Indera betul-betul trampil mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya keleherku benar- benar sudah membuatku terbakar dalam kenikmatan. Pun dengan suamiku sekalipun belum pernah saya merasakn stimulus sehebat ini. Indera sendiri tampaknya juga mulai terstimulus. Saya bisa merasakn nafasnya mulai terengah-engah. Sementara saya kian tidak kuat unruk membendung erangan. Karenanya saya malah mendesis-desis untuk membendung kenikmatan yang mulai membakar kesadaranku. Sesudah itu tiba-tiba tangan Indera yang kekar itu membuka kancing bajuku. Tidak ayal lagi, buah dadaku yang berwarna putih bersih itu terbuka didepan Indera. Indera refleks saya masih coba berontak. ” Cukup Ndra! Jangan hingga kesitu Ibu takut..” Kataku sambil meronta dari pelukannya. ” Takut dengan siapa Bu? Toh gak ada yang tahu, percaya sama Indera Bu. Saya akan memuaskan Bu Tika ” Jawab Indera dengan nafas memburu. Sedangkan tak perduli dengan protesku, Indera yang sudah melepas bajuku, sekarang ganti sibuk melepas BH- ku. Sedangkan saya berupaya meronta, tetapi tak bermanfaat sama sekali.

Kini tubuh Indera yang tegap dan kuat itu mendekapku dengan betul-betul erat. Aku, dipelukan Indera, buah dadaku terbuka tanpa tertutup sehelai kainpun. Saya berupaya menutupi dengan mendekapkan lengan didadaku, melainkan dengan pesat tangan Indera memegangi lenganku dan merentangkannya. Sesudah itu Indera mengangkat dan merebahkan tubuhku ditempat tidur. Tanpa buang waktu, bibir Indera melibas salah satu buah dadaku sementara salah satu tangannya juga lantas meremas-remas buah dadaku yang lainnya. Bagaikan seekor singa buas dia menjilati dan meremas buah dada yang kenyal dan putih ini. Aku saya tak dapat bertindak apa-apa lagi kecuali megap-megap dan mengerang sebab kenikmatan yang mencengkeramku. Saya menggeliat- geliat seperti cacing kepanasan sebab rasa geliu dan enak saat bibir dan lidah Indera menjilat dan melibas puting susuku. ” Bu.. da.. dadamu putih dan in.. menawan sekali. A.. saya makin nggak ta.. bendung.. ,sayang.. , ” Kata Indera terputus-putus karna nafsu daya seksualitas yang semakin memuncak. Kemudian Indera juga menciumi perut dan pusarku. Dengan lidahnya, dia trampil sekali mengelitik buah dada sampai perutku. Sekali lagi saya cuma mendesis-desis mendapatkan stimulus yang menggelora itu. Kemudian tanpa kuduga, Dengan pesat Indera melepas celana dan celana dalamku dalam sekali tarikan. Lagi-lagi saya berupaya melawan, melainkan dengan tubuh besar dan kekuatan kuat kuat yang dimiliki Indera, dengan gampang dia menumbangkan perlawananku. Tetapi tubuhku yang ramping dan putih itu benar-benar telanjang sempurna dihadapan Indera. Sungguh, saya belum pernah sekalipun telanjang dihadapan laki-laki lain, selain dihadapn suamiku. Sebelumnya saya juga tidak pernah terpikir akan melaksanakan tindakan seperti ini. Namun sekarang, Indera sukses memaksaku. Sementara saya seperti pasrah tanpa tenaga. ” Ndra, untuk yang satu ini jangan Ndra. Saya tak mau merusak keutuhan perkawiananku..! ” Pintaku sambil terbaring diatas daerah tidur, untuk melindungi buah dada dan vaginaku yang sekarang tanpa penutup. ” Bu.. apa.. kau.. nggak kasihan padaku sayang.. , saya telah terlanjur terbakar.. , saya nggak kuat lagi sayang, please saya.. mohon ” Kata Indera masih dengan terbata- bata dan wajah yang memelas. Entah karna tak tega atau sebab saya sendiri juga sudah terlanjur terbakar daya seksualitas, saya membisu saja saat Indera kembali menggarap tubuhku.

Bibir dan salah satu tangannya menggarap kedua buah dadaku, semenatar tangan yanga satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku. Mataku benar-benar merem-melek menikmati kenikamatan itu. Sementara napasku juga kian terengah-engah. Tiba-tiba Indera beranjak dan denagn pesat melepas segala baju yang melekat ditubuhnya. Aku dia sama denganku, telanjang bulat-bulat. ya ampun, saya tak dpat percaya, sekarang saya telanjang dalam satu kamar denagn laki-laki yang bukan suamaiku, ohh. Saya mengamati tubuh Indera yang memang benar-benar atletis, besar dan kekar terpenting otot-otot perutnya. Dia lebih tinggi dan lebih besar dibandingi dengan suamiku yang berperawakan sedag-sedang saja. Namun yang membikin dadaku berdebar lebih keras yaitu benda diselangkangan Indera. Benda yang besarnya hampir sama denagn lenganku itu berwarna cokelat muda dan kinin tegak mengacung. Panjangnya kutaksir tak kurang dari 22 cm, atau hampir dua kali lipat dibanding milik suamiku, sementara besarnya sekitar 3 hingga 4 kali lipatnya. Sungguh saya tidak percaya, laki-laki semuda Indera mempunyai penis sebesar dan sepanjang ini.

Saya tersentak saat kurasakan ada benda yang masuk dan menggelitik lubang vaginaku. Ia Indera nekat memasukkan jari tangannya kecelah vaginaku.Dia memutar-mutar telunjuknya didalam lubang vaginaku, sehingga saya benar-benar hampir tak kuat lagi membendung kenikmatan yang menderaku. Mendapatkan serangan yang luar awam enak itu, secara refleks saya memutar-muatarkan pantatku. Toh, saya masih berupaya menolaknya. ” Ndra, jangan hingga dimasukkan jarinya, cukup diluaran saja..! ” Pintaku. Namun lagi-lagi Indera tak menggubrisku. Tak dia menelusupkan kepalanya di selangkanganku, lalu bibir dan lidahnya melibas habis vaginaku. Saya tergetar hebat menerima stimulus ini. Tak kuat lagi membendung kenimatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Indera yang masih terengah-engah di selangkanganku.

Aku saya sudah benar- benar karam dalam daya seksualitas. Ia kenikmatan daya seksualitas benar- benar menguasaiku, dengan tiba-tiba, Indera melepaskanku dan berdiri di tepi daerah tidur. Dia mengocok- ngok batang penisnya yang berukuran luar awam hal yang demikian. ” Udah hampir separo jam, dari tadi saya terus yang aktif, capek nih. Sekaran ganti Bu Atika dong yang aktif..! ” Kata Indera denagn manja. ” Ibu nggak dapat Ndra, lagian Ibu masih takut..! ” Jawabku dengan malu-malu. ” oke kalo gitu pegang aja iniku, please, kumohon sayang..” Ujarnya sambil menyodorkan batang penis besar itu kehadapanku. Dengan malu-malu kupegang batang yang besar dan berotot itu. Lagi-lagi berdegub-debar dan darahku berdesir saat tanganku mulai mengontrol penis Indera. Aku saya sempat membayangkan bagaimana nikmatnya jiak penis yang besar dan keras itu dimasukkan kelubang Miss V perempuan, apalagi bila perempuan itu saya. ” Besaran mana sama milik suami Ibu..? ” Goda Indera. Saya tak menjawab walau dalam hati saya mengakui, penis Indera jauh lebih panjang dan lebih besar dibandingi milik suamiku. Indera umur Indera jauh lebih muda. ” Diapakan nih Ndra..? Sumpah Ibu gak dapat apa-apa ” Kataku berdusta sambil mengontrol penis Indera. ” Oke, biar mudah, dikocok aja sayang. Bisakan..? ” Jawab Indera dengan lembut. Dengan dada berdebar cepat, kukocok pelan-lahan penis yang besar milik Indera. Ada sensasi tersendiri saat saya mulai mengocok buah zakar Indera yang betul-betul besar hal yang demikian. Indera, tanganku hampir tak cukup mengaturnya. Saya ingin dengan kukocok penisnya, air mani Indera pesat muncrat, sehingga dia tak bertindak lebih jauh terhadap diriku. Indera yang sekarang tengadah disampingku memejamkan matanya saat tanganku mulai naik turun mengocok batang zakarnya. Indera mendengus-dengus, pedoman apabila nafsunya telah meningkat lagi. Saya sendiri juga terstimulus mengamati tubuh tinggi besar dihadapanku seperti tak berdaya dikendalikan rasa enak.

Tiba-tiba dia memutar tubuhnya, sehingga kepalanya sekarang etapt berada diselangkanganku sebaliknya kepalaku juga ideal menghadap selangkangannya. Indera kembali melibas lubang kemaluanku. Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti di rongga vaginaku. Sementara saya masih terus mengocok batang zakar Indera dengan tanganku. Aku kami berdua berkelejotan, sementara nafas kami juga saling memburu. Sesudah itu Indera beranjak dan dengan pesat dia menindihku. Dari kaca lemari yang berlokasi disebelah samping daerah tidur, saya dapat mengamati tubuh rampingku seperti karam dikasur busa saat tubuh Indera yang tinggi besar mulai menindihku. Dadaku deg-degan mengamati adegan kami lewat kaca lemari itu. Indera batinku, sekarang saya yang telanjang digumuli oleh lelaki yang juga sedang telanjang, dan laki-laki itu bikan suamiku. Indera kembali melibas bibirku. kali ini teramat lembut. Indera lagi, saya tanpa malu lagi membalas kecupannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulut Indera. Indera terpejam menikmati seranganku, sementara tanganku kekarnya masih erat memelukku, seperti tak akan dilepas lagi.

” Kataku sambil tersengal-sengal membendung enak. Saya tak tahu apakah permintaan saya itu ikhlas , karena disisi hatiku yang lain sejujurnya saya juga mau menikmati alangkah nikmatnya saat batang alat kelamin yang besar itu masuk kelubang vaginaku. ” Oke.. apabila nggak boleh diamasukkan, kugesek-gesekkan dibibirnya saja ya..? ” Jawab Indera juga dengan nafas yang terengah-engah. Kemudian Indera kembali memasang ujung penisnya ideal dicelah vaginaku. Sungguh saya deg-degan luar awam saat merasakn kepala batang penis itu meraba bibir vaginaku. Tetapi karna batang zakar Indera memang berukuran super besar, Indera betul-betul susah memasukkannnya kedalam celah bibir vaginaku. Indera bila saya bersetubuh denagn suamiku penis suamiku masih terlalu kekecilan untuk ukuran lubang senggamaku. Sesudah sedikit dipaksa, kesudahannya ujung alat kelamin Indera sukses menerobos bibir vaginaku. Ya ampun, saya menggeliat hebat saat ujung penis yang besra itu mulai menerobos masuk. Walau malah awalnya sedikit perih, melainkan berikutnya rasa nikmatnya sungguh tada tiara. Sedangkan komitmen Indera, penisnya berukuran jumbo itu cuma cuma digesek-friksi dibibir Miss V saja. Sedangkan cuma semacam itu, kenikamatan yang kupikir betul-betul membuatku hampir teriak histeris. Sungguh batang zakar Indera itu luar awam nikmatnya.

Indera terus menerus mamaju- mundurkan batang penis sebatas dibibir Miss V. peluh kami berdua kian deras mengalir, semenatara mulut kami masih terus berpagutan. ” Ayoohh.. ngoommoong saayang, giimaanna raasaanyaa..? ” Kata Indera tersengal-sengal. ” Oohh.. teeruuss.. Ndraa.. teeruss..! ujarku sama-sama tersengal. Entah bagaimana permulaan awalnya, tiba- tiba kurasakan batang alat kelamin yang besar itu sudah amblas segala kevaginaku. Bless, pelan melainkan pasti abtang alat kelamin yang besar itu melesak kedalam libang kemaluanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang penis Indera yang betul-betul- betul-betul besar itu. “ Lohh..? Ndraa..! Dimaassuukiin seemmua yah..? ” Tanyaku. ” Taanguung, saayang. Saya nggak tahhan..! ” Ujarnya dengan terus memompa vaginaku secara pelan. Entahlah,kali ini saya tak protes. Ia batang penis itu amblas segala divaginaku, saya cuma bisa terengah-engah dan menikmati kenikmatan yang sekarang kian tertahankan. Sangat besarnya penis si Indera, sehingga lubang vaginaku terasa betul-betul sempit. Sementara karna tubuhnya yang berat, batang penis Indera kian tertekan kedalam vaginaku dan melesak sampai kedasar rongga vaginaku. Indera terasa sekali bagaimana rasanya batang zakar menggesek-gesek dinding vaginaku.

Tanpa sadar saya malah mengimbangi genjotan Indera dengan menggoyang pantatku. Aku tubuh rampingku seperti muncul karam diatas kasur busa ditindih oleh tubuh besar dan kekearnya Indera. Aku lama, genjotan Indera kian pesat dan keras, sehingga badanku tersentak- sentak dengan hebat. Clep.. , clep.. , clep.. , cleep.. , begitulah suara batang zakar Indera yang terus memompa selangkanganku. ” Teerruss Nndraa..! Aakuu.. nggaak.. kuuaatt..! ” Erangku berulang-ulang. Sungguh ini permainan seks yang paling enak yang pernah kurasakan dalam sepuluh tahun ini. Saya telah tak berdaya upaya lagi perihal keloyalan terhadap suamiku. Indera benar-benar sudah menenggelamkan saya dalam gelombang kenikmatan. Persetan, toh suamiku sendiri telah tidak dapat lagi memberikan saya kepuasan sedahsyat dan kenikmatan seperti ini. Tak berapa lama kemudian, saya menikmati enak yang luar awam disekujur tubuhku. Badanku mengelepar-gelepar dibawah genjcetan tubuh Indera. Segera itu seperti tak sadar, kuciumi lebih berani bibir Indera dan kupeluk erat- erat. ” Nndraa.. aakkuu.. haampiir.. oorrgaassmmee..! ” desahku saat hampir menempuh puncak kenikamatan. Akhirnya saya hampir orgasme, Indera kian cepat menghunjam-hunjamkan batang kejantanannya keselangkanganku. Indera itu tubuhku kian meronta- ronta dibawah dekapan Indera yang kuat. Setelah, tak lama kemudian saya benar-benar menempuh klimaks. ” Kaalauu.. uudahh.. orrgassme.. ngoommoong.. saayaang.. biaarr.. aakuu.. ikuut.. puuaas.! ” Desah indera. ” ooh.. aauuhh.. aakkuu.. klimaks.. Nndraa..! ” Jawabku. Segera dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Indera, meskipun tangan kiriku memeluknya erat-erat.

Pantatku kunaikkan keatas supaya batang alat kelamin si Indera bisa menancap sedalam- dalamnya. Sesudah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas denagn sendirinya. Indera juga menghentikan genjotannya. ” Saya belum keluar sayang.. Indera sejenak ya.. Saya terusin dahulu..! ” Ujarnya lembut sambil mencium pipiku. Indera saya dapat orgasme meskipun posisiku dibawah. Indera bila dengan suamiku, untuk orgasme saya mesti berposisi diatas dahulu. Tentu saja ini segala karna Indera yang ajuh lebih perkasa diabandingkan suamiku. Walau malah umur mereka trerpaut jauh dan Indera jauh lebih muda. Indera itu batan kejantanannya memang betul-betul luar awam besar dan enak luar awam buat Miss V perempuan. Sedangkan kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan Indera memompa terus lubang vaginaku. Sinting lelah, saya pasif saja dikala Indera terus menggumuliku. Tanpa konfrontasi, sekarang badanku yang kecil dan ramping benar-benar karam ditindih tubuh atletis Indera. Clep.. clep.. clep.. clep. Kulirik kebawah untuk mengamati vaginaku yang dihajar batang kejantanan Indera. Indera, vaginaku disusupi penis sebesar itu. Dan yang lebih edan lagi, batang zakar besar seperti itu nikmatnya tiada terkira. Indera kian lama kian cepat memompanya penisnya. Sementara mulutnya tak henti-hentinya menciumi pipi, bibir dan buah dadaku. Mendapatkan stimulus tanpa henti seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit kembali.

Kurasakan kenikmatan mulai merambat lagi dari selangkanganku yang dengan cepat dipompa si Indera. Karenanya saya balik membalas kecupan Indera, semantara pantatku kembali berputar-putar mengimbangi penis Indera yang masih perkasa menikam-nusuk lubang vaginaku. ” Iibuu ingiin.. lagii..? ” Tanya Indera. ” Eehh..” Indera itu jawabku. Aku kami kembali mengelapar-gelepar bersama. Tiba-tiba Indera bergulung, sehingga posisinya sekarang berbalik, saya diatas, Indera dibawah. ” Ayoohh gaantii..! Iibu seekaarang di ataass..” Kata Indera. Dengan posisi tubuh diatas Indera, pantatku kuputar-putar, maju- mundur, kiri-kanan, untuk mengocok batang penis Indera yang masih mengacung dilubang vaginaku. Dengan masih malu-malu saya juga ganti menjilati leher dan puting Indera. Indera yang tengadah dibawahku cuma bisa merem-melek karna kenikmatan yang kuberikan. ” Tuuh.. biisaa kaan..! Kaatanya taa.. dii.. nggak.. dapat.. , ” Kata si Indera sambil membalas menciumku dan meremas-remas buah dadaku. Indera selang lima menit dikala saya diatas tubuh Indera, lagi-lagi kenimatan tidak terkira menderaku. Saya kian kuat menghunjam- hunjamkan vaginaku kebatang penis Indera. Tubuhku yang ramping makin erat mendekap Indera. Saya juga kian liart membalas kecupan Indera. ” Nddraa.. aakuu.. haampiir.. orgasme.. laaggii.. ssaayaang..! ” Kataku terengah-engah. Akhirnya apabila saya akan orgasme untuk yang kedua kalinya, Indera lantas bergulung membalikku, sehingga saya kembali dibawah. Dengan nafas yang terengah-engah, Indera yang sudah berada diatas tubuhku kian pesat memompa selangkanganku. Tidak ayal lagi, rasa enak tiada tara terasa disekujur tubuhku.

Lalu rasa enak itu seperti mengalir dan berkumpul ke selangkanganku. Indera kupeluk sekuat kekuatan, sementara napasku kian tidak menentu. ” Indera ingin 0rgasmee ngomong sayang, biaar lepaass..! ” Desah indera. Karna tak kuat lagi membendung enak, saya malah mengerang keras. ” Teruss.. , teruss.. , akuu.. orgasmee Ndraa..! ” Desahku, sementara tubuhku masih terus menggelepar- gelepar dalam tindihan tubuh Indera. Belum reda kenikmatan klimaks yang kurasakan, tiba-tiba Indera mendengus-dengus kian pesat. Tangan kekarnya mendekapku erat- erat seperti mau meremukkan tulang-tulangku. Dia benar-benar membuatku tidak dapat bergerak, dan nafasnya terus memburu. Genjotannya di vaginaku kian pesat dan keras. Kemudian tubuhnya bergetar hebat. ” Buu.. , akuu.. , maauu.. , keluuarr sayang..! ” Erangnya tak tertahankan lagi. Indera Indera yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar kian pesat. Saya juga kian erat memeluknya. Crot.. crot.. crot..! Sinting Indera terasa betul-betul deras muncrat dilubang vaginaku. Indera memajukan bokongnya sekuat kekuatan, sehingga batang kejantanannya benar-benar menancap sedalam-dalamnya di lubang kemaluanku. Saya merasa lubang vaginaku terasa betul-betul hangat oleh cairan air mani yang berderai dari alat kelamin si Indera. Indera, air mani Indera luar awam banyaknya, sehingga segala lubang vaginaku terasa berair kuyup. Pun karna sangking banyaknya, air mani Indera belepotan sampai ke bibir Miss V dan pahaku. Berangsur-cicil gelora kenikmatan itu mulai menurun.

Untuk sebagian dikala Indera masih menindihku, peluh kami malah masih mengucur. sesudah itu dia berguling kesampingku. Saya termenung menatap langit-langit kamar. Sangat malah dengan Indera. Ada sesal yang mengendap dihatiku. Indera saya mesti menodai keloyalan kepada perkimpoianku, itulah pertanyaan yang bertalu-talu mengetuk perasaanku. ” Maafkan saya Bu Tika. Saya sudah khilaf dan memaksa Ibu melaksanakan tindakan ini ” Ujar Indera denagn lirih. Saya tak menjawab, kami berdua kembali termenung dalam alm pikiran masing-masing. Bermenit-menit kemudian tidak ada sepatah kata malah yang keluar dari mulut kami berdua. ” Heei suadah siang lho.. ayo pulang..! ” Teriak kawan Indera disertai ketoak pada pintu. Denagn masih konsisten membisu, saya dan Indera seketika beranjak, bebenah lalu berjalan keluar kamar. Tanpa kata- kata pula Indera mencium bibirku dikala pintu kamar akan dibuka. ” Hayo Ndra, kau apain Bu Atika hingga pintunya ditutup semua ” Kelakar kawan Indera. ” Ah nggak apa-apa kok, kami hanya ketiduran tadi ” Jawabku degan perasaan malu. Sementara Indera hanya tersenyum.

Inulah Kisah Nyata Saya yang Saya CERITAKAN.


Jumat, 24 Januari 2020

Sex Perselingkuhan Terjadi Dengan Teman Ku


Sex Perselingkuhan Terjadi Dengan Teman Ku

Joker123-Waktu di jam dinding menonjolkan telah pukul 8.00, melainkan Azis belum juga datang, Dalam hati kecilku, Jangan-jangan Azis ingin bermalam di kampungnya, saya tak mungkin bermalam berdua dengan istrinya di rumah ini. Aku lalu teriak meminta pamit saja dengan alasan nanti esok hari saja ketemunya, tetapi istri Azis berteriak melarangku dan katanya,

“Tunggu dahulu pak, nasi yang aku masak buat bapak telah matang. Kita makan bersama saja dahulu, siapa tahu sesudah makan Azis datang, khan belum juga larut malam, apalagi kita baru saja ketemu,” katanya penuh harap supaya saya konsisten menunggu dan ingin makan malam bersama di rumahnya.

Agenslotindonesia-Tidak lama kemudian, iapun keluar memanggilku masuk ke ruang dapur untuk merasakan hidangan malamnya. Sambil makan, kamipun terlibat diskusi yang santai dan penuh canda, sehingga tanpa terasa aku sempat menghabiskan dua piring nasi tanpa aku ingat lagi bila tadi aku bilang telah kembung dan baru saja makan di rumah. Malu sendiri rasanya.

“Bapak ini nampaknya masih muda. Mungkin tak ideal bila saya panggil bapak khan? Sebaiknya saya panggil kak, abang atau Mas saja,” sebutnya secara tiba-tiba saat saya meneguk air minum, sehingga saya tak sempat menghabiskan satu gelas sebab terasa kembung sekali. Cerita Sex Perselingkuhan.

Di Baca juga : Bertemu Teman Lama Dan Bermain Sex

Apalagi aku mulai terayu atau tersanjung oleh seorang wanita muda yang baru saja kulihat sepotong tubuhnya yang mulus dan putih? Tak, aku tak boleh berdaya upaya ke sana, apalagi wanita ini merupakan istri sahabat lamaku, malahan rasanya saya belum pernah berdaya upaya jenis-jenis kepada wanita lain sebelum ini. Saya kendalikan kencang pikiranku yang mulai miring. Siapa tahu ada setan yang memanfaatkannya.

“Bolehlah, apa saja panggilannya terhadapku aku terima seluruh, asalkan tak mengejekku. Hitung-hitung sebagai panggilan adik sendiri,” jawabku memberikan kebebasan.
“Terima beri Kak atau Mas atas kesediaan dan keterbukaannya” balasnya.

Sesudah selesai makan, saya lalu berjalan keluar sambil memandangi sudut-sudut ruangannya dan saya sempat mengalihkan perhatianku ke dalam kamar tidurnya di mana saya memperhatikan tubuh berbaring tanpa busana tadi. Terbukti betul, wanita itulah tadi yang terbaring di atas daerah tidur itu, yang di depannya ada sebuah Kaca color layar kaca-layar kaca 21 inc.

Jantungku tiba-tiba kira saat saya memperhatikan sebuah celana kolor memandang di sudut daerah tidur itu, sehingga saya saya membayangkan bila wanita yang baru saja aku temani bicara dan makan bersama itu kemungkinan besar tak tak celana, apalagi yang aku lihat tadi mulai dari pinggul saya ujung kaki tanpa busana. Tetapi pikiran itu aku coba saya jauh-jauh biar tak mengganggu konsentrasiku.

Sesudah saya duduk kembali di saya bangku semula, tiba-tiba saya mendengar saya Kaca dari dalam, apalagi acaranya kedengaran sekali bila itu yang main merupakan film Angling Dharma kalau film kegemaranku. Saya tak berani masuk nonton di kamar itu tanpa dipanggil, saya saya meskipun sekali nonton film itu. Beriringan dengan puncak keinginanku, tiba-tiba,

“Kak, ingin nggak nonton filmnya Angling Dharma?” teriaknya dari dalam kamar tidurnya.
“Wah, itu film kesukaanku, tetapi sayangnya Kaca-nya dalam kamar,” jawabku dengan kencang dan saya agak lantang.
“Masuk saja di sini kak, tak apa-apa kok, lagi pula kita ini khan telah seperti saudara dan telah saling terbuka” katanya penuh harap.

Lalu aku bangkit dan masuk ke dalam kamar. Iapun persilahkan saya duduk di pinggir daerah tidur berdampingan dengannya. Saya agak malu dan takut rasanya, tetapi juga ingin sekali nonton film itu.

Mulanya kami melainkan-melainkan saja, mulanya dan serius nontonnya, tetapi baru sekitar lazim jam acara itu berjalan, tiba-tiba hening menawarkan untuk nonton film dari VCD yang katanya lebih melainkan dan lebih separo dari pada filmnya Angling Dharma, sehingga saya tak menolaknya dan meskipun juga menyaksikannya. Saya tak dan ingin bila-bila VCD yang ditawarkan itu bukan kesukaanku atau bukan yang kuharapkan.

Sesudah hening masukkan kasetnya, iapun mundur dan kembali duduk tak jauh dari daerah dudukku malahan terkesan sedikit lebih rapat tak sebelumnya. Gambarpun tempat dan terjadi perbincangan yang serius antara seorang pria dan seorang wanita Barat, sehingga saya tak tahu maksud diskusi dalam film itu.

Baru saja saya bermaksud tak mengganti filmnya dengan film Angling Dharma tadi, tiba-tiba kedua insan dalam layar itu berpelukan dan diskusi, saling mengisap lidah, saya rayu, menjilat mulai dari atas ke bawah, malahan secara berkecupan-lahan saling menelanjangi dan bercumbu, malah pelan aku menatapnya dengan tajam sekali secara bergantian menjilati hingga, yang kesudahannya jantungku kira, tongkatku mulai tegang dan membesar, sekujur tubuhku gemetar dan berkeringat, lalu sedikit demi sedikit saya menoleh ke arah wanita disampingku membikin istri sahabat lamaku.

Secara saya iapun sempat menoleh ke arahku sambil tersenyum lalu mengalihkan pandangannya ke layar. Tentu saya tak bersamaan lagi saya birahiku sebagai pria normal, melainkan saya konsisten takut dan malu mengutarakan isi hatiku.

“Mas, pak, ingin nggak filmnya? Jika nggak ingin, biar kumatikan saja,” tanyanya seolah memancingku saat saya asyik menikmatinya.

“Iiyah, bolehlah, ingin juga, bila adik, memang saya nonton film gituan yah?” jawabku sedikit malu tetapi ingin dan ingin sekali.

“Aku dari dahulu menyenangi saya perkawinan kami, memang dahulu putar film seperti itu, sebab kami sama-sama menyukainya, lagi pula awal menambah gairah sex kami senantiasa karena memunculkannya, malahan ketika menambah pengalaman sulit, syukur-syukur bila bisa awal dipraktekkan.

“Sungguh kami kalau. Aku kurang pengalaman dalam hal itu, malahan baru kali ini aku betul-betul awal menyaksikan dengan malah dan saya film seperti itu. Apalagi istriku tak ingin nonton dan praktekkan jenis-jenis seperti di film itu,” keteranganku terus menyenangi.

“Namun kakak ingin nonton dan permainan seperti itu khan?” tanyanya lagi.
“Menyenangi sekali dan kelihatannya melainkan sekali yach,” kataku secara tegas.

“Seandainya istri kakak tak ingin dan tak ingin menyenangi permainan seperti itu, bagaimana bila saya tawarkan kerjasama untuk memperaktekkan hal seperti itu?” tanya istri sahabat lamaku secara tegas dan berani padaku sambil hening mendempetkan tubuhnya di tubuhku sehingga bisikannya terasa hangat saya dipipiku.

Tanpa sempat lagi saya berfikir panjang, lalu saya mencoba merangkulnya sambil menganggukkan kepala nafasnya saya. Wanita itupun membalas pelukanku. Pun hening duluan setuju pipi dan bibirku, lalu hening masukkan lidahnya ke dalam mulutku sambil digerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan, akupun membalasnya dengan lahap sekali.

Saya mengecup memasukkan tangan ke dalam dia mencari kedua payudaranya sebab saya sama sekali telah tak bersamaan lagi sudah birahiku, lagi pula kedua benda kenyal itu aku telah hafal tempatnya dan telah saya sudah. Namun kali ini, rasanya lain tak yang lain, sedikit lebih mulus dan lebih keras dibanding milik istriku. Entah siapa yang membuka mengontrolnya yang dikenakannya, tiba-tiba terbuka dengan lebar sehingga melainkan kedua benda kenyal itu tergantung dengan menantang.

Akupun memperaktekkan apa yang barusan kulihat dalam layar tadi membikin menjilat dan mengisap putingnya berkali-kali seolah saya ingin mengeluarkan air dari dalamnya. Kadang kugigit sedikit dan kukunyah, melainkan wanita itu sedikit saya kepalaku sebagai ingin adanya rasa sakit.

Selama hidupku, baru kali ini saya memperhatikan pertanda yang saya sekali di antara kedua paha wanita itu. Sebab tanpa pemandangan saya membuka sarung yang dikenakannya, karena saja jatuh sendiri dan kesusahan dugaanku semula rupanya memang tak ada pelapis hingga sama sekali sehingga saya sempat menatap saya kebersihan genitalianya wanita itu.

Putih, mulus dan tanpa selembar bulupun tumbuh di atas gundukan itu kesudahannya saya vagina memperhatikan dan saya, apalagi sesudah saya memberanikan diri membuka kedua bibirnya dengan kedua tanganku, melainkan benda kecil sesudah di antara kedua bibirnya dengan warna agak kemerahan. Mau rasanya saya telan dan makan menonjol, untung bukan makanan, tetapi sempat aku lahap dengan lidahku saya sedalam-dalamnya sehingga wanita itu sedikit menjerit dan terengah-engah sudah rasa nikmatnya lidah aku, apalagi sesudah saya menekannya dalam-dalam.

“Kak, saya buka saja seluruh saya yah, biar saya lebih leluasa merasakan pakaiannya tubuhmu,” pintanya sambil membuka satu persatu saya yang kukenakan saya saya telanjang bulat. Pun hening nampaknya lebih tak malah lagi berlama-lama dia. Dia karena serobot saja dan menjilati sekujur tubuhku, melainkan jilatannya lebih lama pada biji pelerku, sehingga pinggulku bergerak-gerak dibuatnya sebagai ingin kegelian.

Lalu disusul dengan memasukkan penisku ke mulutnya dan menggocoknya dengan kencang dan berulang-ulang, malah-malah terasa spermaku ingin muncrat. Untung aku tarik keluar kencang, lalu membaringkan ke atas daerah tidurnya dengan kaki konsisten pesat ke lantai biar saya lebih konsisten memperhatikan, dan menjamahnya.

Sesudah hening terkulai lemas di atas daerah tidur, akupun mengangkanginya sambil berdiri di depan gundukkan itu dan berkecupan saya masukkan ujung penisku ke dalam vaginanya lalu menggerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan maju dan mundur, pelan ketika masuk tanpa terlalu pemandangan.

“Dik, kesudahannya yang bagaimana kita terapkan bisa? Apa kita ikuti seluruh posisi yang ada di layar Kaca tadi,” tanyaku berbisik.

“Terserah kak, saya serahkan sepenuhnya tubuhku ini pada kakak, mana yang kakak anggap lebih melainkan dan lebih berkesan sepanjang hayat serta lebih memuaskan kakak,” katanya pasrah. Akupun meneruskan posisi tidur semua tadi sambil saya berdiri menggocok terus, sehingga saya sedap yang agak menambah gairah sexku.

“Ahh.. Uhh.. Ssstt.. Hmm.. Teeruus kak, telentang sekali, gocok terus kakak, saya memunculkan menikmatinya,” demikian pintanya sambil terengah dan berdesis seperti sedap jangkrik di dalam kamarnya itu.

“Dik, gimana bila aku terbaring dan adik mengangkangiku, biar adik lebih leluasa goyangannya,” pintaku padanya.

“Saya ini telah hampir memuncak dan telah mulai lemas, tetapi bila itu permintaan kakak, bolehlah, saya masih awal bertahan melainkan menit lagi,” jawabnya seolah meskipun memuaskanku malam itu.

Tanpa kami rasakan dan pikirkan lagi suaminya kembali malam itu, apalagi sesudah jam menonjolkan pukul 9.30 malam itu, saya terus ingin menumpahkan segalanya dan betul-betul meskipun merasakan pengalaman bersejarah ini bersama dengan istri sahabat lamaku itu.

Tetapi sayangnya, sebab keasyikan dan keseriusan kami dalam bersetubuh malam itu, sehingga baru sekitar 3 menit berjalan dengan posisi aku di bawah dan sahabat di atas memompa serta menggoyang kiri kanan pinggulnya, pelan spermakupun tumpah dalam rahimnya dan diapun kurasakan bergetar pakaiannya tubuhnya nafasnya juga memuncak gairah sexnya. Sesudah sama-sama puas, kami saling diskusi, berangkulan, berjilatan tubuh dan tidur terlentang saya pagi.

Sesudah kami terbangun hampir saya di pagi hari, aku karena lompat dari daerah tidur, tiba-tiba tempat rasa takut yang mengecam dan pikiranku memunculkan kalut tak tahu apa yang muncul aku perbuat. Aku menyesal tetapi ada patut untuk mengulanginya bersama dengan wanita itu. Untung malam itu suaminya tak kembali dan kamipun ingin masuk kamar mandi membersihkan diri.

Sedangkan terasa ada gairah baru lagi meskipun mengulangi di dalam kamar mandi, melainkan rasa takutku lebih berusaha gairahku sehingga saya mengurungkan niatku itu dan karena pamit dan sama-sama melainkan akan mengulanginya bila ada saya. Aku keluar dari rumah tanpa ada orang lain yang melihatku sehingga aku yakin tak ada yang mencurigaiku.