Sabtu, 25 Januari 2020

Otong Besar Mahasiswa Yang Kunikmati


Otong Besar Mahasiswa Yang Kunikmati

Agen Playtech-Ucap saja namaku Atika, seorang wanita yang sudah berusia 40 tahun dan sudah bersuami. Berdasarkan banyak sahabat, saya yaitu wanita yang cukup menawan dan berkulit putih bersih. Yang luar awam yaitu perawakan tubuhku yang masih terawat dan menawan. Tinggi badanku 167 cm. Pantatku cukup bulat dan berisi dengan sepasang betis yang menawan. Sepasang payudaraku berukuran 34 juga terlihat padat dan selaras dengan wujud tubuhku. Kata orang tubuhku seperti seniman Minarti Atmanegara yang wujud tubuhnya konsisten menawan diusia yang sudah berkepala 4. Saya berprofesi sebagai karyawati staff accounting pada sebuah toserba yang cukup besar dikotaku. Sehingga saya banyak mengetahui banyak kekerabatan dari para pekerja perusahaan lain yang memasok barang ketempatku berprofesi. Saya juga menjadi instruktur senam BL ditempat saya fitness. Disinilah kisah yang akan kisah menawan saya dan Indera pertama kali terjadi. Sebagai seorang istri, saya yakni seorang wanita loyal pada suami.

Agen Poker-Saya berprinsip, tak ada laki-laki lain yang meraba hati dan tubuhku, selain suami yang betul-betul kucintai. Dan sebelum kisah ini terjadi, saya memang senantiasa bisa menjaga kesetiaanku. Jangankan diraba, beratensi dengan lelaki lain yakni pantangan buatku. Namun begitulah, sebagian bulan terakhir suamiku kurang bisa memuaskanku diatas ranjang. Kalaupun dapat, ia pasti kelelahan dan lantas rehat. Mungkin karna umur kami yang terpaut 14 tahun, ingin tidak ingin saya hanya dapat memainkan jari sambil membayangkan suamiku sedang memasukkan batang kejantanannya ke vaginaku. Melainkan tidak senikmat kenyataan. Hingga kesudahannya datang seorang mahasiswa yang mau PI (Praktek Industri) ditempatku. Dan saya ditunjuk sebagai pembimbing mahasiswa hal yang demikian oleh bosku. Mahasiswa itu mempersembahkan dirinya bernama Indera. Kuperhatikan ia dari atas hingga bawah, cukup lumayan penampilannya. Indera berbadan tinggi besar dan atletis, tingginya sekitar 178 cm. Sungguh saya tak memiliki pikiran atau perasaan beratensi padanya. Pada mulanya kekerabatan kami awam- awam saja, pun cendrung agak kaku. Tetapi semacam itu, Indera senantiasa bersikap bagus padaku.

Di baca Juga : Ngentot Dokter Amoy Muda Yang Sombong

Kuakui pula, dia pemuda yang simpatik. Dia betul-betul trampil mengambil hati orang. Sehingga lama-kelamaan kelakuannya berkurang dan kami berdua menjadi akrab. Pun saya kerap minta Indera membantuku lembur dikantor. Dan bila semacam itu umumnya saya bercerita perihal kehidupan rumah tanggaku. Hingga-hingga urusan diatas daerah tidur kuceritakan padanya. Karna Indera betul-betul trampil memancing. Sampai suatu saat, sesudah sebulan Dia PI dikantorku. Sewaktu saya sedang lembur menghitung keuangan bulanan perusahaan, Indera datang menghampiriku. ” Misi Bu, dapat ganggu gak? ” Tegur Indera sopan. ” Ya ada apa Ndra? ” Jawabku. ” Ini.. ada sebagian yang aku gak ngerti dapat dibuktikan gak Bu? ” Indera bertanya lagi. ” Ooh dapat.. mana yang kamunya kurang mengerti ” saya menjawab lalu memerintahnya untuk duduk disampingku disofa. Lalu saya memberikan penjelasan panjang lebar kepadanya. Katanya sih bahan yang ia meminta penjelasan dariku itu akan dimasukkan dalam bahan laporannya. ” Bu, aku mo ngasih hadiah ulang tahun, Bu atika ingin nerima gak? ” Tanyanya tiba-tiba. ” Boleh, syaratnya hadiahnya mesti banyak ya” Jawabku berkelakar. ” Aku juga punya prasyarat Bu, hadiah ini akan aku berikan kalo Bu Atika ingin memejamkan mata. Berharap gak? ” Tanyanya lagi. ” Serius nih? Oke kalo hanya itu syaratnya Ibu ingin ” Kataku sambil memejamkan mata. ” Awas jangan buka mata hingga aku memberikan aba-aba..! ” Kata Indera lagi.

Di Baca Juga : Kehilangan Perawan Di perkosa Oleh Paman

Sambil terpejam saya penasaran dengan hadiah apa yang akan diberikannya. melainkan, ya ampun, pada dikala mataku terpejam, tiba-tiba saya menikmati ada benda yang lunak meraba bibirku. Tak cuma meraba, benda itu juga melibas bibirku dengan halus. Saya lantas tahu, Indera tengah menciumku. Karenanya saya lantas membuka mata, wajah Indera betul-betul dekat dengan wajahku dan tangannya merangkul pinggangku. Namun anehnya, sesudah itu saya tak berupaya mengindar. Untuk sebagian lama, Indera masih melibas bibirku. Kalo ingin jujur saya juga ikut serta menikmatinya. Pun sebagian dikala secara refleks saya juga membalas melibas bibir Indera. Hingga kemudian saya tersadar, lalu ku dorong dada Indera sampai dia terjengkang kebelakang. ” Ndra sepatutnya ini gak boleh terjadi ” Kataku dengan nada bergetar menahanrasa malu dan sungkan yang menggumpal dihatiku. ” Maaf Bu Atika, mungkin aku terlalu nekat. Harus aku sadar Ibu telah bersuami. Melainkan inilah kenyataannya, Saya sayang sama Bu Atika ” Ujarnya lirih sambil meninggalkanku. Segera itu saya merasa betul-betul menyesal, saya merasa sudah mengkhianati suamiku. Melainkan uniknya momen seperti masih terulang sebagian kali. Sebagian kali bila Indera konsultasi denganku, dia senantiasa memberikan “hadiah” seperti itu. Tentu itu dijalankannya jiak tidak ada orang yang mengamati. Sedangkan pada kesudahannya saya menolaknya, melainkan anehnya, saya tak pernah naik pitam dengan tindakan Indera itu.

Mulanya saya protes, sesudah dibuktikan panjang lebar kesudahannya saya ingin ikut serta pergi juga. Oh ya, kami berempat mengaplikasikan kendaraan beroda empat milik kawan Indera. Berempat kami jalan- jalan kesuatu lokawisata pegunungan yang cukup jauh dari kotaku. Kami sengaja memilih daerah yang jauh dari kota, supaya tak mengundang kecurigaan tetangga, keluarga dan terpenting suamiku. Sesudah lebih satu jam kami berputar-putar disekitar lokasi tamasya, Indera dan kawannya mengajak rehat disebuah losmen. Kawan Indera tadi dan pacarnya menyewa satu kamar, dan kedua orang itu lantas sirna dibalik pintu yang tertutup. Maklum keduanya baru dimabuk cinta. Saya dan suamiku dahulu waktu pacaran juga semacam itu, jadi saya maklum saja. Indera menyewa juga satu kamar disebelahnya. Saya hakekatnya juga berniat menyewa kamar sendiri akan melainkan indera melarangku. ” Ngapain boros-boros? apabila sekadar rehat satu kamar saja. Tuh bed- nya ada dua ” Ujarnya. Walhasil saya mengalah, saya numpang dikamar yang disewa Indera. Meski hakekatnya saya merasa betul-betul tak nikmat hati. Kami berbicara mengakak cekikikan mendiskusikan kawan Indera dan pacarnya dikamar sebelah. Apalagi, kawan Indera dan pacarnya sengaja mendesah-desah sampai kedengaran ditelinga kami. Sejujurnya saya deg- degan juga mendengar desahan dari kamar sebelah yang mirip bunyi orang terengah-engah itu. Entah mengapa dadaku kian berdegup cepat saat saya mendengar desahan itu dan membayangkan apa ayng sedang mereka lakukan dikamar sebelah. Untuk sebagian dikala, saya dan Indera membisu terpaku.

Dia menjilati dan menciumi segala wajahku, lalu merambat keleher dan telingaku. Saya memang pasif dan membisu, tetapi pelan melainkan pasti nafsu daya seksualitas kian kuat menguasaiku. Sepatutnya kuakui, Indera betul-betul trampil mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya keleherku benar- benar sudah membuatku terbakar dalam kenikmatan. Pun dengan suamiku sekalipun belum pernah saya merasakn stimulus sehebat ini. Indera sendiri tampaknya juga mulai terstimulus. Saya bisa merasakn nafasnya mulai terengah-engah. Sementara saya kian tidak kuat unruk membendung erangan. Karenanya saya malah mendesis-desis untuk membendung kenikmatan yang mulai membakar kesadaranku. Sesudah itu tiba-tiba tangan Indera yang kekar itu membuka kancing bajuku. Tidak ayal lagi, buah dadaku yang berwarna putih bersih itu terbuka didepan Indera. Indera refleks saya masih coba berontak. ” Cukup Ndra! Jangan hingga kesitu Ibu takut..” Kataku sambil meronta dari pelukannya. ” Takut dengan siapa Bu? Toh gak ada yang tahu, percaya sama Indera Bu. Saya akan memuaskan Bu Tika ” Jawab Indera dengan nafas memburu. Sedangkan tak perduli dengan protesku, Indera yang sudah melepas bajuku, sekarang ganti sibuk melepas BH- ku. Sedangkan saya berupaya meronta, tetapi tak bermanfaat sama sekali.

Kini tubuh Indera yang tegap dan kuat itu mendekapku dengan betul-betul erat. Aku, dipelukan Indera, buah dadaku terbuka tanpa tertutup sehelai kainpun. Saya berupaya menutupi dengan mendekapkan lengan didadaku, melainkan dengan pesat tangan Indera memegangi lenganku dan merentangkannya. Sesudah itu Indera mengangkat dan merebahkan tubuhku ditempat tidur. Tanpa buang waktu, bibir Indera melibas salah satu buah dadaku sementara salah satu tangannya juga lantas meremas-remas buah dadaku yang lainnya. Bagaikan seekor singa buas dia menjilati dan meremas buah dada yang kenyal dan putih ini. Aku saya tak dapat bertindak apa-apa lagi kecuali megap-megap dan mengerang sebab kenikmatan yang mencengkeramku. Saya menggeliat- geliat seperti cacing kepanasan sebab rasa geliu dan enak saat bibir dan lidah Indera menjilat dan melibas puting susuku. ” Bu.. da.. dadamu putih dan in.. menawan sekali. A.. saya makin nggak ta.. bendung.. ,sayang.. , ” Kata Indera terputus-putus karna nafsu daya seksualitas yang semakin memuncak. Kemudian Indera juga menciumi perut dan pusarku. Dengan lidahnya, dia trampil sekali mengelitik buah dada sampai perutku. Sekali lagi saya cuma mendesis-desis mendapatkan stimulus yang menggelora itu. Kemudian tanpa kuduga, Dengan pesat Indera melepas celana dan celana dalamku dalam sekali tarikan. Lagi-lagi saya berupaya melawan, melainkan dengan tubuh besar dan kekuatan kuat kuat yang dimiliki Indera, dengan gampang dia menumbangkan perlawananku. Tetapi tubuhku yang ramping dan putih itu benar-benar telanjang sempurna dihadapan Indera. Sungguh, saya belum pernah sekalipun telanjang dihadapan laki-laki lain, selain dihadapn suamiku. Sebelumnya saya juga tidak pernah terpikir akan melaksanakan tindakan seperti ini. Namun sekarang, Indera sukses memaksaku. Sementara saya seperti pasrah tanpa tenaga. ” Ndra, untuk yang satu ini jangan Ndra. Saya tak mau merusak keutuhan perkawiananku..! ” Pintaku sambil terbaring diatas daerah tidur, untuk melindungi buah dada dan vaginaku yang sekarang tanpa penutup. ” Bu.. apa.. kau.. nggak kasihan padaku sayang.. , saya telah terlanjur terbakar.. , saya nggak kuat lagi sayang, please saya.. mohon ” Kata Indera masih dengan terbata- bata dan wajah yang memelas. Entah karna tak tega atau sebab saya sendiri juga sudah terlanjur terbakar daya seksualitas, saya membisu saja saat Indera kembali menggarap tubuhku.

Bibir dan salah satu tangannya menggarap kedua buah dadaku, semenatar tangan yanga satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku. Mataku benar-benar merem-melek menikmati kenikamatan itu. Sementara napasku juga kian terengah-engah. Tiba-tiba Indera beranjak dan denagn pesat melepas segala baju yang melekat ditubuhnya. Aku dia sama denganku, telanjang bulat-bulat. ya ampun, saya tak dpat percaya, sekarang saya telanjang dalam satu kamar denagn laki-laki yang bukan suamaiku, ohh. Saya mengamati tubuh Indera yang memang benar-benar atletis, besar dan kekar terpenting otot-otot perutnya. Dia lebih tinggi dan lebih besar dibandingi dengan suamiku yang berperawakan sedag-sedang saja. Namun yang membikin dadaku berdebar lebih keras yaitu benda diselangkangan Indera. Benda yang besarnya hampir sama denagn lenganku itu berwarna cokelat muda dan kinin tegak mengacung. Panjangnya kutaksir tak kurang dari 22 cm, atau hampir dua kali lipat dibanding milik suamiku, sementara besarnya sekitar 3 hingga 4 kali lipatnya. Sungguh saya tidak percaya, laki-laki semuda Indera mempunyai penis sebesar dan sepanjang ini.

Saya tersentak saat kurasakan ada benda yang masuk dan menggelitik lubang vaginaku. Ia Indera nekat memasukkan jari tangannya kecelah vaginaku.Dia memutar-mutar telunjuknya didalam lubang vaginaku, sehingga saya benar-benar hampir tak kuat lagi membendung kenikmatan yang menderaku. Mendapatkan serangan yang luar awam enak itu, secara refleks saya memutar-muatarkan pantatku. Toh, saya masih berupaya menolaknya. ” Ndra, jangan hingga dimasukkan jarinya, cukup diluaran saja..! ” Pintaku. Namun lagi-lagi Indera tak menggubrisku. Tak dia menelusupkan kepalanya di selangkanganku, lalu bibir dan lidahnya melibas habis vaginaku. Saya tergetar hebat menerima stimulus ini. Tak kuat lagi membendung kenimatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Indera yang masih terengah-engah di selangkanganku.

Aku saya sudah benar- benar karam dalam daya seksualitas. Ia kenikmatan daya seksualitas benar- benar menguasaiku, dengan tiba-tiba, Indera melepaskanku dan berdiri di tepi daerah tidur. Dia mengocok- ngok batang penisnya yang berukuran luar awam hal yang demikian. ” Udah hampir separo jam, dari tadi saya terus yang aktif, capek nih. Sekaran ganti Bu Atika dong yang aktif..! ” Kata Indera denagn manja. ” Ibu nggak dapat Ndra, lagian Ibu masih takut..! ” Jawabku dengan malu-malu. ” oke kalo gitu pegang aja iniku, please, kumohon sayang..” Ujarnya sambil menyodorkan batang penis besar itu kehadapanku. Dengan malu-malu kupegang batang yang besar dan berotot itu. Lagi-lagi berdegub-debar dan darahku berdesir saat tanganku mulai mengontrol penis Indera. Aku saya sempat membayangkan bagaimana nikmatnya jiak penis yang besar dan keras itu dimasukkan kelubang Miss V perempuan, apalagi bila perempuan itu saya. ” Besaran mana sama milik suami Ibu..? ” Goda Indera. Saya tak menjawab walau dalam hati saya mengakui, penis Indera jauh lebih panjang dan lebih besar dibandingi milik suamiku. Indera umur Indera jauh lebih muda. ” Diapakan nih Ndra..? Sumpah Ibu gak dapat apa-apa ” Kataku berdusta sambil mengontrol penis Indera. ” Oke, biar mudah, dikocok aja sayang. Bisakan..? ” Jawab Indera dengan lembut. Dengan dada berdebar cepat, kukocok pelan-lahan penis yang besar milik Indera. Ada sensasi tersendiri saat saya mulai mengocok buah zakar Indera yang betul-betul besar hal yang demikian. Indera, tanganku hampir tak cukup mengaturnya. Saya ingin dengan kukocok penisnya, air mani Indera pesat muncrat, sehingga dia tak bertindak lebih jauh terhadap diriku. Indera yang sekarang tengadah disampingku memejamkan matanya saat tanganku mulai naik turun mengocok batang zakarnya. Indera mendengus-dengus, pedoman apabila nafsunya telah meningkat lagi. Saya sendiri juga terstimulus mengamati tubuh tinggi besar dihadapanku seperti tak berdaya dikendalikan rasa enak.

Tiba-tiba dia memutar tubuhnya, sehingga kepalanya sekarang etapt berada diselangkanganku sebaliknya kepalaku juga ideal menghadap selangkangannya. Indera kembali melibas lubang kemaluanku. Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti di rongga vaginaku. Sementara saya masih terus mengocok batang zakar Indera dengan tanganku. Aku kami berdua berkelejotan, sementara nafas kami juga saling memburu. Sesudah itu Indera beranjak dan dengan pesat dia menindihku. Dari kaca lemari yang berlokasi disebelah samping daerah tidur, saya dapat mengamati tubuh rampingku seperti karam dikasur busa saat tubuh Indera yang tinggi besar mulai menindihku. Dadaku deg-degan mengamati adegan kami lewat kaca lemari itu. Indera batinku, sekarang saya yang telanjang digumuli oleh lelaki yang juga sedang telanjang, dan laki-laki itu bikan suamiku. Indera kembali melibas bibirku. kali ini teramat lembut. Indera lagi, saya tanpa malu lagi membalas kecupannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulut Indera. Indera terpejam menikmati seranganku, sementara tanganku kekarnya masih erat memelukku, seperti tak akan dilepas lagi.

” Kataku sambil tersengal-sengal membendung enak. Saya tak tahu apakah permintaan saya itu ikhlas , karena disisi hatiku yang lain sejujurnya saya juga mau menikmati alangkah nikmatnya saat batang alat kelamin yang besar itu masuk kelubang vaginaku. ” Oke.. apabila nggak boleh diamasukkan, kugesek-gesekkan dibibirnya saja ya..? ” Jawab Indera juga dengan nafas yang terengah-engah. Kemudian Indera kembali memasang ujung penisnya ideal dicelah vaginaku. Sungguh saya deg-degan luar awam saat merasakn kepala batang penis itu meraba bibir vaginaku. Tetapi karna batang zakar Indera memang berukuran super besar, Indera betul-betul susah memasukkannnya kedalam celah bibir vaginaku. Indera bila saya bersetubuh denagn suamiku penis suamiku masih terlalu kekecilan untuk ukuran lubang senggamaku. Sesudah sedikit dipaksa, kesudahannya ujung alat kelamin Indera sukses menerobos bibir vaginaku. Ya ampun, saya menggeliat hebat saat ujung penis yang besra itu mulai menerobos masuk. Walau malah awalnya sedikit perih, melainkan berikutnya rasa nikmatnya sungguh tada tiara. Sedangkan komitmen Indera, penisnya berukuran jumbo itu cuma cuma digesek-friksi dibibir Miss V saja. Sedangkan cuma semacam itu, kenikamatan yang kupikir betul-betul membuatku hampir teriak histeris. Sungguh batang zakar Indera itu luar awam nikmatnya.

Indera terus menerus mamaju- mundurkan batang penis sebatas dibibir Miss V. peluh kami berdua kian deras mengalir, semenatara mulut kami masih terus berpagutan. ” Ayoohh.. ngoommoong saayang, giimaanna raasaanyaa..? ” Kata Indera tersengal-sengal. ” Oohh.. teeruuss.. Ndraa.. teeruss..! ujarku sama-sama tersengal. Entah bagaimana permulaan awalnya, tiba- tiba kurasakan batang alat kelamin yang besar itu sudah amblas segala kevaginaku. Bless, pelan melainkan pasti abtang alat kelamin yang besar itu melesak kedalam libang kemaluanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang penis Indera yang betul-betul- betul-betul besar itu. “ Lohh..? Ndraa..! Dimaassuukiin seemmua yah..? ” Tanyaku. ” Taanguung, saayang. Saya nggak tahhan..! ” Ujarnya dengan terus memompa vaginaku secara pelan. Entahlah,kali ini saya tak protes. Ia batang penis itu amblas segala divaginaku, saya cuma bisa terengah-engah dan menikmati kenikmatan yang sekarang kian tertahankan. Sangat besarnya penis si Indera, sehingga lubang vaginaku terasa betul-betul sempit. Sementara karna tubuhnya yang berat, batang penis Indera kian tertekan kedalam vaginaku dan melesak sampai kedasar rongga vaginaku. Indera terasa sekali bagaimana rasanya batang zakar menggesek-gesek dinding vaginaku.

Tanpa sadar saya malah mengimbangi genjotan Indera dengan menggoyang pantatku. Aku tubuh rampingku seperti muncul karam diatas kasur busa ditindih oleh tubuh besar dan kekearnya Indera. Aku lama, genjotan Indera kian pesat dan keras, sehingga badanku tersentak- sentak dengan hebat. Clep.. , clep.. , clep.. , cleep.. , begitulah suara batang zakar Indera yang terus memompa selangkanganku. ” Teerruss Nndraa..! Aakuu.. nggaak.. kuuaatt..! ” Erangku berulang-ulang. Sungguh ini permainan seks yang paling enak yang pernah kurasakan dalam sepuluh tahun ini. Saya telah tak berdaya upaya lagi perihal keloyalan terhadap suamiku. Indera benar-benar sudah menenggelamkan saya dalam gelombang kenikmatan. Persetan, toh suamiku sendiri telah tidak dapat lagi memberikan saya kepuasan sedahsyat dan kenikmatan seperti ini. Tak berapa lama kemudian, saya menikmati enak yang luar awam disekujur tubuhku. Badanku mengelepar-gelepar dibawah genjcetan tubuh Indera. Segera itu seperti tak sadar, kuciumi lebih berani bibir Indera dan kupeluk erat- erat. ” Nndraa.. aakkuu.. haampiir.. oorrgaassmmee..! ” desahku saat hampir menempuh puncak kenikamatan. Akhirnya saya hampir orgasme, Indera kian cepat menghunjam-hunjamkan batang kejantanannya keselangkanganku. Indera itu tubuhku kian meronta- ronta dibawah dekapan Indera yang kuat. Setelah, tak lama kemudian saya benar-benar menempuh klimaks. ” Kaalauu.. uudahh.. orrgassme.. ngoommoong.. saayaang.. biaarr.. aakuu.. ikuut.. puuaas.! ” Desah indera. ” ooh.. aauuhh.. aakkuu.. klimaks.. Nndraa..! ” Jawabku. Segera dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Indera, meskipun tangan kiriku memeluknya erat-erat.

Pantatku kunaikkan keatas supaya batang alat kelamin si Indera bisa menancap sedalam- dalamnya. Sesudah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas denagn sendirinya. Indera juga menghentikan genjotannya. ” Saya belum keluar sayang.. Indera sejenak ya.. Saya terusin dahulu..! ” Ujarnya lembut sambil mencium pipiku. Indera saya dapat orgasme meskipun posisiku dibawah. Indera bila dengan suamiku, untuk orgasme saya mesti berposisi diatas dahulu. Tentu saja ini segala karna Indera yang ajuh lebih perkasa diabandingkan suamiku. Walau malah umur mereka trerpaut jauh dan Indera jauh lebih muda. Indera itu batan kejantanannya memang betul-betul luar awam besar dan enak luar awam buat Miss V perempuan. Sedangkan kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan Indera memompa terus lubang vaginaku. Sinting lelah, saya pasif saja dikala Indera terus menggumuliku. Tanpa konfrontasi, sekarang badanku yang kecil dan ramping benar-benar karam ditindih tubuh atletis Indera. Clep.. clep.. clep.. clep. Kulirik kebawah untuk mengamati vaginaku yang dihajar batang kejantanan Indera. Indera, vaginaku disusupi penis sebesar itu. Dan yang lebih edan lagi, batang zakar besar seperti itu nikmatnya tiada terkira. Indera kian lama kian cepat memompanya penisnya. Sementara mulutnya tak henti-hentinya menciumi pipi, bibir dan buah dadaku. Mendapatkan stimulus tanpa henti seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit kembali.

Kurasakan kenikmatan mulai merambat lagi dari selangkanganku yang dengan cepat dipompa si Indera. Karenanya saya balik membalas kecupan Indera, semantara pantatku kembali berputar-putar mengimbangi penis Indera yang masih perkasa menikam-nusuk lubang vaginaku. ” Iibuu ingiin.. lagii..? ” Tanya Indera. ” Eehh..” Indera itu jawabku. Aku kami kembali mengelapar-gelepar bersama. Tiba-tiba Indera bergulung, sehingga posisinya sekarang berbalik, saya diatas, Indera dibawah. ” Ayoohh gaantii..! Iibu seekaarang di ataass..” Kata Indera. Dengan posisi tubuh diatas Indera, pantatku kuputar-putar, maju- mundur, kiri-kanan, untuk mengocok batang penis Indera yang masih mengacung dilubang vaginaku. Dengan masih malu-malu saya juga ganti menjilati leher dan puting Indera. Indera yang tengadah dibawahku cuma bisa merem-melek karna kenikmatan yang kuberikan. ” Tuuh.. biisaa kaan..! Kaatanya taa.. dii.. nggak.. dapat.. , ” Kata si Indera sambil membalas menciumku dan meremas-remas buah dadaku. Indera selang lima menit dikala saya diatas tubuh Indera, lagi-lagi kenimatan tidak terkira menderaku. Saya kian kuat menghunjam- hunjamkan vaginaku kebatang penis Indera. Tubuhku yang ramping makin erat mendekap Indera. Saya juga kian liart membalas kecupan Indera. ” Nddraa.. aakuu.. haampiir.. orgasme.. laaggii.. ssaayaang..! ” Kataku terengah-engah. Akhirnya apabila saya akan orgasme untuk yang kedua kalinya, Indera lantas bergulung membalikku, sehingga saya kembali dibawah. Dengan nafas yang terengah-engah, Indera yang sudah berada diatas tubuhku kian pesat memompa selangkanganku. Tidak ayal lagi, rasa enak tiada tara terasa disekujur tubuhku.

Lalu rasa enak itu seperti mengalir dan berkumpul ke selangkanganku. Indera kupeluk sekuat kekuatan, sementara napasku kian tidak menentu. ” Indera ingin 0rgasmee ngomong sayang, biaar lepaass..! ” Desah indera. Karna tak kuat lagi membendung enak, saya malah mengerang keras. ” Teruss.. , teruss.. , akuu.. orgasmee Ndraa..! ” Desahku, sementara tubuhku masih terus menggelepar- gelepar dalam tindihan tubuh Indera. Belum reda kenikmatan klimaks yang kurasakan, tiba-tiba Indera mendengus-dengus kian pesat. Tangan kekarnya mendekapku erat- erat seperti mau meremukkan tulang-tulangku. Dia benar-benar membuatku tidak dapat bergerak, dan nafasnya terus memburu. Genjotannya di vaginaku kian pesat dan keras. Kemudian tubuhnya bergetar hebat. ” Buu.. , akuu.. , maauu.. , keluuarr sayang..! ” Erangnya tak tertahankan lagi. Indera Indera yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar kian pesat. Saya juga kian erat memeluknya. Crot.. crot.. crot..! Sinting Indera terasa betul-betul deras muncrat dilubang vaginaku. Indera memajukan bokongnya sekuat kekuatan, sehingga batang kejantanannya benar-benar menancap sedalam-dalamnya di lubang kemaluanku. Saya merasa lubang vaginaku terasa betul-betul hangat oleh cairan air mani yang berderai dari alat kelamin si Indera. Indera, air mani Indera luar awam banyaknya, sehingga segala lubang vaginaku terasa berair kuyup. Pun karna sangking banyaknya, air mani Indera belepotan sampai ke bibir Miss V dan pahaku. Berangsur-cicil gelora kenikmatan itu mulai menurun.

Untuk sebagian dikala Indera masih menindihku, peluh kami malah masih mengucur. sesudah itu dia berguling kesampingku. Saya termenung menatap langit-langit kamar. Sangat malah dengan Indera. Ada sesal yang mengendap dihatiku. Indera saya mesti menodai keloyalan kepada perkimpoianku, itulah pertanyaan yang bertalu-talu mengetuk perasaanku. ” Maafkan saya Bu Tika. Saya sudah khilaf dan memaksa Ibu melaksanakan tindakan ini ” Ujar Indera denagn lirih. Saya tak menjawab, kami berdua kembali termenung dalam alm pikiran masing-masing. Bermenit-menit kemudian tidak ada sepatah kata malah yang keluar dari mulut kami berdua. ” Heei suadah siang lho.. ayo pulang..! ” Teriak kawan Indera disertai ketoak pada pintu. Denagn masih konsisten membisu, saya dan Indera seketika beranjak, bebenah lalu berjalan keluar kamar. Tanpa kata- kata pula Indera mencium bibirku dikala pintu kamar akan dibuka. ” Hayo Ndra, kau apain Bu Atika hingga pintunya ditutup semua ” Kelakar kawan Indera. ” Ah nggak apa-apa kok, kami hanya ketiduran tadi ” Jawabku degan perasaan malu. Sementara Indera hanya tersenyum.

Inulah Kisah Nyata Saya yang Saya CERITAKAN.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar